Jumat, 02 Juli 2010

Membuka Rahasia Angka 666 dalam Kitab Wahyu

Membuka Rahasia Angka 666
dalam Kitab Wahyu



Ulasan ini disusun beserta dengan Doa dan berdasarkan ilham Roh Kudus.

Kiranya Tuhan memberikan penerangan didalam hati dan pikiran kita, Amin...





Wahyu 13:18 merupakan bagian dari pekabaran Wahyu 13 yang menjadi sebuah perdebatan untuk mempersalahkan orang lain. Pemahaman kebanyakan orang mengenai "666" diartikan sebagai Vicarius Filii Dei. Sejak zaman Marthin Luther gelar ini di gunakan untuk menghitung bilangan 666. Jika "666" kita artikan sebagai Vicarius Filii Dei, maka kita akan menghadapi masalah menghitung bilangan nilai huruf-hurufnya karena Alkitab tidak menentukan menggunakan bahasa apa yang dipakai untuk menafsirkan arti sepenuhnya bilangan 666. Stefanovic mencoba menafsirkan 666. Ia berpendapat "Bilangan 666 mengidentifikasi karakter yang benar binatang yang keluar dari dalam laut yaitu meninggikan diri, melawan terhadap Tuhan dan mengakui pemujaan dan kesetiaan dunia."

Bila orang Kristen membicarakan tentang 666, maka harus kembali kepada dasar atau prinsip yang ada dalam Alkitab. Dalam Alkitab tampak bahwa makna "666" adalah tabiat binatang.



Berikut ini saya akan mensurvei komentar para penulis tentang makna bilangan 666 di wahyu 13:18.1 Survei ini dapat dibagi atas dua bagian, yaitu pertama, penerapan lahiriah dan kedua penerapan rohani.2





Penerapan Lahiriah



William Barclay

William mengomentari angka "666" dalam Wahyu 13:18 untuk mengungkapkan maknanya berhubungan dengan penjumlahan. Ia mengatakan, "Angka 666 adalah sebuah kode yang berhubungan dengan pejumlahan bilangan. Sekarang itu telah jelas dimanapun juga Kode itu berhubungan dengan jumlah bilangan."3 Berdasarkan pernyataan William Barclay ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan lahiriah.




Foy E. Wallace

Wallace mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 sebagai angka latinisasi. Ia mengatakan, "bahwa ia menyetujui pendapat Irenaeus bahwa "Angka 666 adalah angka latinisasi.Yaitu L=30, A=1, T=300, E= 5, I=10, N=50, tertentu, A=1, B=2 dan seterusnya."4 Berdasarkan pernyataan Wallace ini, ia menyatakan "666" sebagai

Penerapan Lahiriah





Lehman Stranss

Stranss mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 dengan menyetujui bahwa 666 adalah angka latinisasi . Ia mengatakan,"Angka 666 adalah angka latinisasi dan nama latin bagi kaisar Nero adalah Neron dan bila di jumlah N=50, E=6, R=500, O=60, N=50 dan jumlah seluruhnya adalah 666."5. Berdasarkan pernyataan Lehman Stranss ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan lahiriah.




Donald Grey

Grey mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 sebagai angka latinisasi. Ia mengatakan "bahwa Vespasian(69-79AD), Titus(79-81AD), dan Domitian (81-96AD) bila di jumlah ketiga nama kaisar yang bermarga Titus ini maka berjumlah 666."6 Berdasarkan pernyataan Donald Grey ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan lahiriah.




Andreas Helwig

Helwig mengomentari angka "666" dalam Wahyu 13:18 aebagai angka latinisasi. Ia mengatakan "bahwa makna angka 666 adalah Vicarius Filii Dei yang artinya wakil putra Allah, gelar untuk Paus di Roma."7 Nilai yang kuantitatif ini total 666 sebagai berikut: V=5, I=1, C=100, A=0, R=0, I=1, U=5, S=0, F=0, I=1, L=50, I=1, I=1, D=500, E=0, I=1. Berdasarkan pernyataan Andreas Helwig ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan lahiriah.




Stephen Haskell

Haskell mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 dengan menekankan bahwa 666 berhubungan dengan gelar Paus.Ia mengatakan "Ia yang diakui Wakil putra Allah(Vicarius Filii Dei), di dalam gelarnya membawa bilangan enam ratus enampuluh enam. Yang mengagungkan dirinya di atas Tuhan surga, membentuk gambaran binatang itu."8 Berdasarkan pernyataan Stephen Haskell ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan lahiriah.





T.A. Burkill

Burkill mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 sebagai pelambang keuskupan dan pengajaran agama Roma Katolik. Ia mengatakan, "Angka 666 adalah pelambang keuskupan dan pengajaran agama Roma. Hal ini terlihat dalam setiap kegiatan liturgy ibadah juga menggunakan bahasa dan kebudayaan latin."9 Berdasarkan pernyataan Burkill ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan lahiriah.




Jhon Philips

Philips mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 dengan menekankan bahwa 666 berhubungan dengan gelar Paus dan gereja Katolik. Ia mengatakan, "Nama binatang buas, ketika itu dikenal, akan menghasilkan bilangan 666. Orang-Orang sudah melihat di dalamnya suatu tanda identifikasi untuk Paus dan Nero." 10 Berdasarkan pernyataan Jhon Philps ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan lahiriah.







Makna Rohaniah

Vernon J. Mcgee

Mcgee mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 sebagai bilangan kuantitatif yang harus dibiarkan berdiri sendiri . Ia mengatakan"Suatu nilai kuantitatif terikat dalam bilangan tersebut dan kita harus membiarkannya berdiri sendiri. kita harus menyajikan Yesus Kristus yang membuat kita berhasil melewati periode kesengsaraan yang besar." 11Berdasarkan pernyataan Vernon J. Mcgee ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan rohaniah.




Dave Hagelberg,

Hagelberg mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 sebagai sebuah bilangan yang melambangkan ke tidak sempurnaan. Ia mengatakan "Bilangan 666 melambangkan ke tidak sempurnaan sebagaimana bilangan 777 melambangkan kesempurnaan."12 Berdasarkan pernyataan Dave Hagelberg ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan rohaniah.




James L. Belvins

Belvins mengomentari bilangan "666" dalam Wahyu 13:18 sebagai bilangan simbolis untuk usaha manusia yang terbaik yang manusia dapat lakukan. Ia mengatakan "Jika nama Yesus yang sama 888 dan 777 dipertimbangkan bilangan sempurna, maka makna 666 dimaksudkan untuk menjadi bilangan simbolis untuk yang terbaik bagi usaha manusia yang manusia dapat lakukan."13 Berdasarkan pernyataan James L Belvins ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan rohaniah.



A.C. Gaebelein

Gaebelein mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 dengan menekankan bahwa 666 adalah bilangan manusia yang jatuh . Ia mengatakan, "Saya beranggapan bahwa kita hanya perlu mengetahui bahwa bilangan 666 adalah angka manusia yang jatuh dan karenanya berarti ketidak sempurnaan."14 Berdasarkan pernyataan A.C. Gaebelein ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan rohaniah.




Peter Wongso

Wongso mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 sebagai lambang serangan setan terhadap jemaat yang sifatnya terbatas dan tidak sempurna. Ia mengatakan "Jikalau kita meneliti pemberitaan kitab Wahyu san melihat adanya serangan setan terhadap jemaat semuanya sangat terbatas sifatnya dan tidak sempurna."15 Berdasarkan pernyataan Peter Wongso ini,ia menyatakan "666" sebagai penerapan rohaniah.





Louis T. Talbot

Talbot mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 sebagai Trinitas setan. Ia mengatakan "bahwa trinitas enam yaitu untuk tiga serangkai setan berlawanan dengan yang Trinitas tujuh yaitu tiga serangkai Tuhan"16 Berdasarkan pernyataan Louis T.Talbot ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan rohaniah.





Torrance

Torrance mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 dengan menekankan bahwa 666 adalah Setiap kejahatan yang sedang menanamkan tabiatnya pada setiap pribadi manusia . Ia mengatakan "bahwa makna 666 adalah setiap saat kejahatan tersembunyi didunia yang membangun patungnya dan menanam kesannya pada setiap pribadi, pikiran dan perilaku umat manusia." 17Berdasarkan pernyataan Torrance ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan rohaniah.





Eldon George Ladd

Ladd mengomentari angka "666" dalam wahyu 13:18 dengan menekankan bahwa 666 hanya menonjolkan perbandingan anti Kristus dan Kristus. Ia mengatakan "bahwa bilangan nama Yesus dalam bahasa Yunani adalah 888. Kalau bilangan 888 dibandingkan dengan bilangan anti Kristus, maka kontras antara yang benar dan yang palsu yang ditonjolkan." 18Berdasarkan pernyataan Eldon George Ladd ini, ia menyatakan "666" sebagai penerapan rohaniah.





Dari hasil survei berupa komentar Alkitab dari berbagai sumber tentang makna "666" dalam kitab Wahyu 13:18, maka dapat dirangkumkan ada dua penerapan makna"666" yaitu:



Pertama, sebagai penerapan lahiriah yang dimaksudkan menekankan makna yang menggunakan matematika. Hal ini mencakup pernyataan yang berhubungan penjumlahan bilangan, prnggunaan angka latinisasi, dan menunjuk organanisasi, nama, lembaga, dan agama sebagai pelaku 666, seperti yang dinyatakan William Barclay; Foy E. Wallace;Lehman Stranss; Donald Grey; Andreas Helwig; Stephen Haskell; T.A. Burkill; Jhon Philips.



Kedua, sebagai penerapan rohani berfokus pada penafsiran yang mengunakan hikmat sorgawi. Penerapan rohani ini menekankan bahwa anti Kristus disini bukanlah melambangkan organanisasi, nama, lembaga, dan agama sebagai penerapan 666 melainkan siapa saja dapat menjadi penerapannya. Makna rohaniah bilangan 666 yang dikatakan penulis adalah bilangan Kuantitatif yang harus dibiarkan berdiri sendiri, sebuah bilangan yang melambangkan ketidak sempurnaan, sebagai bilangan simbolis untuk usaha manusia yang terbaik yang manusia dapat lakukan, bilangan manusia yang jatuh, sebagai lambang serangan setan terhadap jemaat yang sifatnya terbatas dan tidak sempurna, Lambang trinitas setan, Setiap kejahatan yang sedang menanamkan tabiatnya pada setiap pribadi manusia, hanya menonjolkan perbandingan anti Kristus dan Kristus Seperti yang dikatakan Vernon J Mcgee; Dave Hagelberg; James L Belvins; A.C Gaebelein;Peter Wongso; Louis T Talbot; Torrance; Eldon George Ladd.






ANALISIS ALKITABIAH WAHYU 13:18



Kini saya akan coba menganalisis Wahyu 13:18 yang sering dikutip sebagai penjelasan siapa dan lembaga yang mana menjadi AntiKristus di akhir zaman. Pembahasan ini dibagi atas dua bagian besar, yaitu : A. Latar belakang Wahyu 13:18, B. Analisis Wahyu 13 :18. Akhirnya, sebuah rangkuman singkat.




Latar Belakang Wahyu 13:18.

Latar belakang Wahyu 13:18 yang erat kaitannya dengan bilangan 666 adalah bagian dari kitab Wahyu secara keseluruhan yang menceritakan adanya perperangan antara Kristus dan umat-umatnya melawan iblis dan para pengikutnya. Untuk itu kita melihat sekilas apakah latar belakang kitab Wahyu ditulis.





Kitab Wahyu sebagai kitab apokaliptik.



Kitab Wahyu menutup Kanon dan sejarah Perjanjian baru. Kitab Wahyu termasuk kelompok susastra yang dikenal sebagai Apokaliptik. Yang khas dalam sastra Apokaliptik ialah pemikiran Allah berdaulat, yang pada akhirnya ia akan campur tangan untuk melaksanakan kehendak-Nya yang baik dan sempurna.19

Menurut Herberg Kitab Wahyu bahan gagasannya dipengaruhi Perjanjian Lama khususnya kitab yang bersifat apokaliptik yaitu Yehezkiel, Zakharia, Yoel, dan Daniel. Selain itu kitab Wahyu juga berisi penglihatan-penglihatan Yohanes dan pengalaman-pengalaman pribadi Yohanes.20



Kitab Wahyu adalah kitab apokaliptik yang biasanya menggunakan bahasa simbolik atau lambang, impian-impian, dan penglihatan-penglihatan.21 Kitab Wahyu Sebagai rangkuman Kesimpulan Seluruh Alkitab.



Sebelum kita membaca Wahyu 13 ayat demi ayat, bahkan kata demi kata secara seksama berdasarkan Kamus ilmu keselamatan, perlu diketahui bahwa kitab Wahyu adalah yang terakhir yang berfungsi sebagai rangkuman dan kesimpulan seluruh alkitab mulai dari kejadian sampai Yudas yaitu kitab sebelum Wahyu.Dengan demikian, setiap semesta pembicaraan berdasarkan situasi dan kondisinya patut diperhatikan. Berdasarkan pemahaman ini, marilah sekarang kita membaca Wahyu 13.




Wahyu 13 sebagai kerajaan ke-4.

Binatang pertama (13:1-8).

Ayat pertama mengawali ceritanya berkata: Lalu aku (yang dimaksud dengan aku adalah Yohanes yang pada saat itu sedang berada di pembuangan atau penjara pulau Patmos - lihat Wahyu 1:9).Melihat artinya Yohanes mendapat penglihatan dari Allah yang pada kamus dewasa ini film kartun. Seekor binatang keluar dari dalam laut, kata laut di ayat sama dengan yangdi Daniel 7 yang menggambarkan seluruh dunia dan bukanlah satu wilayah geografis yang banyak penduduk.



Daniel 7:2-3 mendata: Pada malam hari aku mendapat penglihatan, tampak keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar, dan empat binatang besar naik dari dalam laut , yang satu berbeda dengan yang lain, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; diatas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan kepalanya tertulis nama-nama hujat. Berdasarkan kamus kitab Daniel ini disebut kerajaan ke empat. Berdasarkan Daniel 7 dinamakan binatang ke-4 yang bertanduk 10+1-3 jawabnya bukan 8 tapi sama dengan yang di Daniel 2:43 yaitu namun menggambarkan situasi dunia yang tidak pernah akan merupakan kesatuan, seperti besi tidak bercampur dengan tanah liat itulah realita dunia di zaman muktahir ini.



Berdasarkan Daniel 8 dan 11 memiliki ciri-ciri tanduk kecil yang tidak lain adalah sistem antikristus(Yesaya 14:12-13). Yang dimaksud dengan tertulis nama-nama hujat yaitu tertulis adalah mengartikan budaya yang mapan dan paten. Nama mengartikan sifat atau tabiat. Hujat tentunya berindikasi kotor, najis, memiliki niat dan motivasi palsu. Lihat saja krjadian 3:1 dimana Si Ular tua alias Iblis dan satan berbicara hujat terhadap Allah(Wahyu 12:9). Ayat kedua sampai ayat ke delapan kita melihat sebuah penampilan lambang Babilon,Media Persia, Yunani di dalam lambang Romawi di Wahyu 13:1-2 yang menjelaskan bahwa ketiga kerajaan ini akan terus tampil melalui sifat dan filsafat hidup Yunani, Media Persia, dan Babilon didalam kehidupan Romawi.



Perlu ditambahkan berdasarkan 1Petrus 5:13 yang menyatakan: Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon. Yang dimaksud Babilon adalah Romawi yang memiliki sifat dan tabiat babilon alias budaya babilon yang bermula di Kejadian 10-11. Di dalam kitab Wahyu nama kota Babel ini muncul 6 kali, lihat Wahyu 14:8;16:19;17:5;18:2,10,21. Yang dimaksudkan Babel bukanlah perkara geografis melainkan yang hubungannya dengan Budaya, sifat, tabiat, yang berlawanan dengan sang pencipta.





Berbagai pandangan juga menyetujui pandangan diatas yaitu Fowler berpendapat binatang yang pertama menggambarkan persatuan gereja-negara yang mendominasi dunia Kristen selama berabad-abad dan telah digambarkan oleh Paulus sebagai "manusia durhaka"(2Tes.2:2-4).22



Groen berpendapat iblis meniru Karya Tuhan dan menampakkan dirinya sebagai Allah. Binatang yang dimunculkan dari laut adalah mesias palsu,yang menyesatkan dunia. Ia meminta dirinya disembah dan pada akhirnya membawanya manusia untuk menyembah Iblis dan menentang Allah.23



Wongso berkomentar Mesias Palsu akan memimpin umat manusia menentang yang maha tinggi, dan berusaha membinasakan umat Allah. Namun karena usahanya memiliki keterbatasan maka itu tidak akan pernah berhasil. Sesuatu hal yang perlu dilakukan umat Allah memasyurkan Injil keselamatan keseluruh bangsa.24 Semua pandangan diatas menekankan bahwa penampilan binatang pertama memiliki tabiat babel yaitu menentang Allah.




Binatang Kedua(13:11-17).

Stefanovic berkomentar Yohanes sekarang berbalik perhatiannya ke binatang yang kedua yaitu binatang yang keluar dari bumi. Seperti binatang yang pertama, Yohanes juga memberi karakteristik yang umum tentang binatang yang keluar dari bumi (13:11), dan kemudian pindah ke suatu uraian tentang bagaimana aktivitasnya.25



Selanjutnya sebagai gambaran yang lain tentang situasi planet bumi melihat film kartun seekor bintang lain keluar dari dalam bumi. Pengertian bumi disini adalah universal atau seluruh dunia sebagaimana di kejadian 1 dan 2 adalah langit dan bumi dalam arti bumi dan lingkungannya, yang mana di Wahyu 14:7 berbunyi Langit dan bumi dan laut dan semua mata air yang intinya adalah seluruh dunia atau Global atau Universal.

Makna bertanduk sama seperti anak domba adalah system kekuasaan yang kelihatan seperti domba yang lemah-lembut tapi sebenarnya bersifat diplomatis. Mengapa? Karena ia penguasa yang mengandalkan diri sebagai mana tabiat naga. Arti berbicara seperti seekor naga sifatnya adalah licik seperti yang terjadi di kejadian 3.



Wahyu 13:11-17 Yohanes berusaha menampilkan adanya pengajar-pengajar palsu yang memiliki budaya yang sama dengan kekuasaan tanduk kecil yaitu system tanduk kecil yaitu protestan murtad. Protestan sejati memiliki semboyan hidup Sola Scriptura yang artinya Alkitab adalah satu-satunya ukuran kebenaran dan kehidupan iman kristiani.



Selanjutnya Pos bekomentar binatang kedua adalah nabi palsu yang membawa manusia menyembah kepada binatang pertama sekaligus kepada Iblis. Ia juga menunjukkan mujisat-mujisat. Pada saatnya semuanya dibinasakan Allah dengan segenap kuasanya bila sudah tiba waktunya.26 Pada dasarnya Yohanes ingin menmpilkan bahwa pengajar-pengajar palsu ini memang melakukan hal-hal yang menaljubkan dari segi lahir namun hal ini bukanlah dasar penilaian Raja Surga yang sejati. Yang menekankan pada filsafat atau budaya hidupnya apakah mereka memiliki filsafat kosong dan palsu yang menampilkan ibadah formalitas yaitu liturgi atau filsafat dan budaya sorga yang menampilkan ibadah sejati yaitu ibadah yang berdasarkan budaya hidup. Hal ini didukung oleh pendapat Rodriquez mengungkapkan pencobaan-pencobaan yang mengherankan yang kita hadapi sebelum dunia ini menuju kematian terakhir. Diharapkan, kita sudah melatih perjalanan kerohanian setiap hari besama juruselamat kita, Pemenang dalam pertentangan besar.27



Kesimpulan(13:9-10,18).

Berdasarkan Wahyu 13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! Pernyataan Firman Allah ini adalah kata-kata Roh Kudus agar menerapkan makna Wahyu 1:3 yang berbunyi Berbahagialah ia yang membaca yang artinya adalah bahwa mereka yang mendengarkan kata -kata nubuat ini, pasti akan menuruti apa yang ada tertulis didalamnya, sebab waktunya sudah dekat. Tentunya hal ini akan berlangsung karena Aksioma yang tertulis di Ibrani 11:3 Karena iman kita mengerti. Mengapa demikian? Roma 10:17 menegaskan Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.Dan ini dapat menjadi budaya hidup umat Allah yang selalu dituntun Toh Kudua(Roma 8:14). Pada ayat selanjutnya Disini ditampilkan adalah himbauan Raja Surga kepada manusia yang memiki kuasa memilih untuk ditawan atau dibunuh oleh pedang. Namun Yang penting adalah bila kita setia kepada pencipta kita akan memiliki ketabahan yang hanya dapat dibudayakan karena iman orang-orang kudus.



Pada ayat 18 sebagai kesimpulan yang menekankan bahwa Enam adalah lambang orang yang selalu tidak akan sempurna seperti Tuhan adalah sempurna. Tuhan akan membinasakan yang berkeberatan untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat. Binatang buas yang kedua datang, orang harus menolak tandanya .28



Hal ini juga coba ditampilkan Flower dalam komentarnya yang menyatakan bahwa usahanya yang terakhir untuk membinasakan Allah dan gerejanya, setan akan mengilhami cara yang akan diciptakan oleh kedua bintang itu untuk mengubah hukum Allah,dan menganiaya umat yang setia kepadanya.29 Jadi yang perlu ditampilkan adalah usaha Setan untuk membinasakan umat Allah namun yang penting adalah ketabahan yang hanya dapat dibudayakan karena iman orang-orang kudus.



Analisis Wahyu 13:18.



Apa dan siapa "Hikmat".

Mathias berkomentar Hikmat adalah sifat dan mutu Allah yang membuat Ia sanggup menciptakan dan mengendalikan segala hal (Amsal3:19). Hal ini juga yang membuat manusia dapat berhasil(Amsal 4:5-11).30

Guthrie berkomentar Kristologi hikmat Paulus adalah suatu konsepsi yang dinamis, Allah membuat Yesus menjadi hikmat kita, suatu hikmat yang lebih jauh diterangkan sebagai merangkumi pembenaran, pengudusan, dan penebusan.31

Siltonga berkomentar Wahyu 13:18 Yang penting di sini ialah hikmat maksudnya adalah Yesus Kristus sebagai jalan Kebenaran menuju hidup sejati(Yohanes 14:6;!Korintus 1:24;2:7-9;Amsal3:13-18).32



Siapa Yang Bijaksana.

Yus Badudu berkomentar Bijaksana adalah pandai dan berbudi tinggi, tajam pikiran; Arif. Pengertian ke dua adalah Pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya berkat pengalaman dan pertimbangan yang matang. Pengertian ke tiga adalah Dia dapat mendamaikan pihak-pihak yang bertikai.33

Silitonga berkomentar Yang bijaksana bersifat sorgawi dan memusatkan hidupnya pada Yesus Kristus, sedangkan yang bijaksini bersifat duniawi dan memusatkan pada diri( Matius 25:1-13).Dengan demikian, siapa yang bijaksana yaitu mengandalkan Firman Raja Sorgawi sebagai Kesaksian Yesus yang sama dengan Roh Nubuat.34

Hailey berkomentar Maksud yang bijaksana adalah pemahaman wahyu, dan mereka dapat menemukan arti dari banyaknya binatang buas itu didalam Alkitab.35

Dan sebagai kesimpulan Yang Bijaksana maka kita harus menghubungkannya dengan perkataan Daniel di Daniel 9 dan 12 Yang Bijaksana adalah orang yang mempertimbangkan Firman Tuhan(Dan 9:23) dan yang Memahaminya. Yang bijaksana juga telah ditampilkan oleh Yesus Kristus melalui perumpamaan lima gadis yang bodoh dan lima gadis yang bijaksana. Pada dasarnya semuanya menekankan siapa yang mengandalkan Firman Tuhan sebagai kesaksian Keistus yang sama dengan Roh Nubuat.



Arti Menghitung.

Stefanovic berkomentar Yohanes tidak menghimbau pembaca di sini untuk berlatih kemampuan intelektual atau matematika ketrampilan, tetapi lebih untuk mencari perbedaan Allah dan Iblis dalam tabiat atau karakter binatang buas untuk melindungi diri mereka dari penipuan setan. 36

Philips berkomentar menghitung yang dimaksudkan bukan mencari hitungan atau mengurai bilangan ini seperti teka-teki, tetapi memikirkan dan merenungkannya agar kita paham maksud Allah.37

Silitonga berkomentar menghitung disini mempertimbangkan bilangan binatang itu dengan menggunakan matematika tinggi yaitu ilmu keselamatan dan bukan matematika rendahan yaitu hanya menjumlah.38

Dan sebagai kesimpulan menghitung maka kita akan menganalisa arti kata menghitung disini bahasa inggrisnya Count dan bahasa Yunaninya ialah psephizo, di perjanjian baru count digunakan hanya dua kali yang pertama di Lukas 14:28 yang artinya anggaran biaya atau perencanaan. Bila kita melihat diayat 31 maka kita akan melihat kata mempertimbangkan yang ada hubungannya dengan kata39 perencanaan. Dan arti Count adalah mempertimbangkan. Jadi arti Menghitung adalah mempertimbangkan.




Arti Bilangan.

Exell berkomentar bilangan binatang di dalam ayat ini, bukanlah suatu label eksternal, suatu teka-teki ataupun matematika , tetapi amat sangat dihubungkan dengan karakter dan hidup itu binatang buas itu.40

Silitonga berkomentar bilangan binatang = ciri-ciri manusia(angka 6 yang sempurna adalah bilangan manusia), karena manusia dan bintang diciptakan hari ke-6. Selanjutnya bilangan anti Kristus tampil di Daniel 3 jumlahnya 66( Patung manusia yang tingginya 60 hasta dan lebar 6 hasta), kemudian bilangan binatang = ciri-ciri antikristus di zaman akhir akan lebih hebat lagi karena angkanya ialah 666.41

Lewis berkomentar ungkapan" bilangan binatang buas" berartilah, bahwa bagaimanapun juga bilangan ini menjadi sangat dihubungkan dengan binatang buas, atau akan sangat menghadirkan karakter , " binatang buas" akan dikenali sesuai perilaku atau tabiatnya.42



Makna 666.

angka 6 ini di Kejadian 1 dan di Daniel 3 adalah 66, maka angka ini berhubungan erat dengan sifat Babilon(Kejadian 10-11; Yesaya 14; Buku Daniel dan Wahyu; 1Petrus 5:13). Dan pada Wahyu 13 :18 adalah 666.



Artinya angka 6 adalah ketidaksempurnaan manusia sehingga memberontak menentang Allah di Kejadian 11 melalui pembangunan menara babel. Pada kitab Daniel 3 maka kita dapat melihat penampilan 66 yang wujudnya adalah patung emas. Yang menekankan menentang rencana Yang Maha Tinggi. Dan dizaman akhir ini akan ada peningkatan menjadi 666 yang artinya kejahatan akan bertambah-tambah.

Hal tersebut dinyatakan oleh Yesus didalam Matius 24:37 bahwa keadaan dunia akan seperti pada zaman Nuh. Bagaimanakah keadaan manusia pada zaman Nuh? Kejadian 6: 5 yang menyatakan bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan. Jadi 666 adalah kejahatan yang besar dibumi.



Dari pembahasan di atas maka berikut rangkuman ringkasnya, latar belakang Wahyu 13:18 dari Wahyu 12:1-13:17 yang menekankan adanya Trinitas palsu yang terdiri dari Iblis, Mesias palsu, Nabi Palsu yang bertujuan untuk menentang Allah. Dalam Struktur Wahyu 13:18 maka kita akan melihat ada tiga bagian struktur yaitu Binatang Pertama, Binatang Kedua, dan Ciri-ciri binatang. Semuanya menekankan kesatuan Trinitas Iblis melaui tabiat dan perilaku Babel.



Analisis dan tafsiran Wahyu 13:18 Jadi "Hikmat" disini adalah Yesus Kristus, bersama dengan Yesus kita pasti menjadi manusia ciptaan baru yang berhikmat.

Makna Yang Bijaksana adalah Umat Allah mempertimbangkan dengan matang bilangan bintang itu, serta pengertiannya harus dipusatkan kepada Yesus untuk menemukan pehaman Wahyu tentang bilangan binatang tersebut.



Dan makna menghitung yang dimaksudkan bukanlah menjumlah melainkan mempertimbangkan bilangan binatang itu dengan menggunakan matematika tinggi yaitu ilmu keselamatan.

Selanjutnya makna bilangan binatang adalah ciri-ciri binatang tersebut yang menyatakan tabiatnya yang semakin menunjukkan ketidaksempurnaan dalam segala hal , baik dalam tabiat maupun dalam setiap rencana untuk menentang Allah.



Sebagai kesimpulan maka cara membaca Wahyu 13:18 adalah sebagai berikut: Melihat angka 6 ini di Kejadian 1 dan Daniel 3, maka angka ini berhubungan erat dengan sifat Babilon(Kejadian 10-11; Yesaya 14; Buku Daniel dan Wahyu; 1Petrus 5:13). Inilah gambaran kekuasaan antikristus di zaman akhir sebagaimana yang dinyatakan di Wahyu 17 melalui perempuan pelacur yang duduk diatas binatang. Tandingannya perempuan murni yang di Wahyu 12yang menjadi gambaran umat Raja Surga yang setia yaitu budaya Yerusalem Baru di Wahyu21(Lihat Efesus 2:19-22). Mulai kejadian samapai Wahyu yang namanya kejahatan manusia semakin bertambah-tambah dan semakin meningkat.



Footnote:

1 Wahyu 13:18 mengatakan, "Maka inilah "hikmat". Biarlah orang yang mengeti, menghitung bilangan binatang itu; karena itulah bilangan manusia. Adapun jumlahnya itu enam ratus enam puluh enam.



2 Penerapan lahiriah yang dimaksudkan menekankan makna yang menggunakan matematika. Hal ini mencakup pernyataan yang menuduh sebuah organanisasi, nama, lembaga, dan agama sebagai pelaku 666. Salah satu penerapan yang saya dapat tampilkan bahwa 666 mewakili Vicarius Filii Dei, Arti" wakil putra Allah ," gelar untuk Paus di Roma. Penerapan rohani berfokus pada penafsiran yang mengunakan hikmat sorgawi. Penerapan rohani ini berarti juga mengutamakan budaya hidup dalam arti tabiat seseorang. Menekankan bahwa anti Kristus disini bukanlah melambangkan sebuah organanisasi, nama, lembaga, dan agama sebagai penerapan 666 melainkan siapa saja dapat menjadi antikristus. Misalnya "jika nama Yesus yang sama dengan 888 dan 777 dipertimbangkan bilangan sempurna, maka makna 666 dimaksudkan untuk menjadi bilangan simbolis untuk yang terbaik bagi usaha manusia yang manusia dapat lakukan."



3 Barclay , William. The Revelation of Jhon Vol.2. (Philadelphia: The Westminster Press, 1960),132.

4 Wallace, Foy E. The Book of Revelation. ( Texas: Foy E. Wallace. Jr. Publication, 1966), 299.

5 Stranss, Lehman. The Book of the Revelation. (New Jersey:Loizeaux Brothers, 1972), 257.

6 Grey, Donald. Revelation An Expositional Comentar, (Michigan: Ministry Resources Library, 1979), 249.

7 Helwig, Andreas. Antichristus Romanus, In Propiprio Suo Nomone, Numerum Illum Apovalipticum (DCLXVI) Continente Proditus. (Witteberue:Typis Cautentij Seuberlics, 1612),Sig A3V.

8 Haskel, Stephen . The Story of th Seer of Patmos. (Washington D.C: Press of South Laancester Printing Company, 1905), 235.

9 Burkill, T.A. Misterious Revelation. ( New York: Cornel Universitas Press, 1963), 170.

10 Philips, Jhon. Exploring Revelation. ( Chicago: The Moody Bible Institute of Chicago, 1974),184.

11 McGee. J. Vernon. Revelation Volume II. (California:The Bible Books, 1980), 193-194.

12 Hagelberg, Dave. Tafsiran kitab wahyu dari bahasa Yunani. (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1997), 260-261,

13 Belvins, L James. Revelation . ( Atlanta: Jhon Knox Press, 1984), 65-68.

14 Gaebelein. A.C. Revelation. ( New York: Publication Office "Our Hope", 1915), 84.

15 Wongso, Peter. Eksposisi Doktrin Alkitab kitab wahyu . (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1996), 619-621.

16 Talbot, T Louis. An Exposition On The Book of Revelation. (Michigan:William B. EERDMANS Publishing Company, 1989),176.

17 Preiffer, F Charles. Tafsiran Alkirab Wycliffe Jilid 3. (Malang: Yayasan Peerbit Gandum Mas, 2001),1124-1125.

18 Ladd, Eldon George. The Revelation of Jhon. (Michigan:William B. EERDMANS Publishing Company, 1972), 187.

19 Douglas,J. D. Ensklopedi Alkitab Masa Kini, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih GMF, 1996), 537-539.

20 Haag, Herberg. Kamus Alkitab, (Flores: Penerbit Nusa Indah - Percetakan Arnoldus, 1980), 462-464.

21 Tenney, C. Merrill. Survei Perjanjian Baru,(Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas,1997), 473.

22 Fowler, M. Jhon, Pedoman Pendalaman Alkitab Sekolah Sabat Dewasa: Pertentangan Semesta antara Kristus dan Setan, (Bandung: Indonesia Publishing House, 2002), 92.

23 Groen, P D Jacob. Aku Datang Segera, (Surabaya:Momentum Christian Literature,2002),175-184).

24 Wongso, Peter. Eksposisi Doktrin Alkitab kitab wahyu, (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1996),578.

25 Stefanovic, Rangko. Revelation Of Jesus Christ, (Michigan: Andrews University Press, 2002), 413.

26 Pos, A. Tafsiran Wahyu, (Jakarta: Basan Penerbitan Kristen,1966),131-135.

27 Rodriquez, Angel. PedomanPendalaman Alkitab Sekolah Sabat Dewasa Penuntun Guru: Nubuatan-Nubuatan Besar Apokaliptis, (Bandung: Endonesia Publishing House,2002),121.

28 Harlow, R. E., Revelation The Coming King, (Canada: Every day Publication Inc, 1984), 76.

29 Flower, M. Jhon, Pedoman Pendalaman Alkitab Sekolah Sabat Dewasa: Pertentangan Semesta antara Kristus dan Setan, (Bandung: Indonesia Publishing House,2002),92.

30 Mathias, Billy, Ensklopedi Alkitab Praktis,(Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 1992),51.

31 Mathias, Billy, Ensiklopedi Alkitab Masa kini jilid 1, (Malang: Gandum Mas,)

32 Silitonga, H. S. P, Biarkanlah Daniel & Wahyu Berbicara, (Bandung:PT. Prosa Media Prima,2005)230.

33 Badudu, J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Perpustakaan Sinarhatapan, 1994), 183.

34 Silitonga, H. S. P, Biarkanlah Daniel & Wahyu Berbicara, (Bandung:PT. Prosa Media Prima,2005)230.

35 Hailey, Holmer, Revelation, ( Michigan: Baker book house, 1979), 298.

36 Stefanovic, Rangko, Revelation of Jesus Christ, (Michigan: Andrews University Press, 2002), 413.

37 Philips, Jhon, Exploring Revolution, (Chicago: The Moody Institute of Chicago, 1974), 184.

38 Silitonga, H.S.P, Biarkanlah Daniel & Wahyu Berbicara, (Bandung:PT. Prosa Media Prima,2005)230.

39Ibid.

40 Exell, S. Josep, The Biblical Illustrator Vol. 12, (Michigan:Baker book House, 1970), 466.

41 Silitonga, H.S.P., Biarkanlah Daniel & Wahyu Berbicara, (Bandung:PT. Prosa Media Prima,2005)230.

42 Lewis, W. S., The Pulpit Comentary jilid Vol2, (New York: Funk and Wagnalls Company, 1950), 324.





Bona P. Purba, S.Th

Kamis, 01 Juli 2010

MENGAJAR SECARA KREATIF

MENGAJAR SECARA KREATIF

Oleh Janet Kuhns, MA[1]





PENDAHULUAN

Apa artinya “Mengajar Secara Kreatif”? Ada beberapa penjelasan yang dapat menolong kita. Seorang guru mengajar secara kreatif apabila:

* Ia membuat anggota kelasnya menjadi segar, bergairah dan tertarik kepada pelajaran.
* Murid-muridnya menjadi aktif, bukan pasif, dalam proses belajar.
* Kelasnya menjadi produktif dan ajarannya menghasilkan buah yang nyata, suatu perubahan yang tetap dalam kehidupan setiap murid.
* Ia menolong kelasnya untuk memahami isi firman Tuhan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya menghafal beberapa fakta saja.
* Ia tidak hanya bercerita atau mengajar tetapi memberikan motivasi, membimbing dan mengarahkan muridnya.
* Firman Tuhan dijadikan sesuatu yang sungguh-sungguh hidup. “Truth into Life”.



Menghasilkan cara mengajar yang kreatif meliputi banyak hal: sifat pribadi seorang guru dan pengenalan akan Tuhan dan firman-Nya, masa persiapan pelajaran, caranya ia merencanakan isi pelajaran, keterampilan-keterampilan dalam memakai beraneka macam metode mengajar dan hubungan pribadi dengan setiap murid. Seorang guru yang tidak berani berpikir secara kreatif ataupun belum pernah diajar secara kreatif akan menghadapi lebih banyak tantangan tatkala ia ingin mengubah cara mengajar nya. Namun, dengan kemauan yang sungguh, keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru dan dengan pengarahan yang jelas dan bermutu, ia dapat juga menjadi seorang guru yang kreatif.



Tidak waktu dalam session hari ini untuk membahas setiap faktor yang akan menghasilkan car mengajar yang kreatif. Namun ada beberapa topic yang akan dibahas.



MASA PERSIAPAN

Ada beberapa langkah yang tidak dapat dilewati jika kita akan mengajar secara kreatif.

1. Bacalah perikop firman Tuhan yang akan diajarkan mula-mula untuk diri sendiri: mencari fakta-fakta, lalu maknanya, implikasinya pada hidup sendiri.

2. Bacalah perikop firman Tuhan yang sama tetapi kali ini dari segi murid sendiri. Fakta-fakta apakah yang ia perlu tahu, apa maknanya bagi murid, implikasinya bagi hidupnya dan aplikasi firman Tuhan itu bagi hidup murid dan respons yang diharapkan.

3. Bacalah buku pedoman guru untuk memperhatikan isi pelajaran, garis besar dan metode yang disarankan.

4. Masa pengeraman. Untuk mengajar secara kreatif, langkah ini sangat penting. Dalam beberapa waktu sambil melakukan tugas sehari-hari, gagasan-gagasan akan muncul yang dapat memperkaya pelajaran. Roh Kudus akan menggerakkan kreativitas dalam pikiran guru. Ambillah waktu sejenak untuk mencatat secara kasar saja ide-ide yang muncul pada masa pengeraman ini.



MENYUSUN RENCANA PELAJARAN

Ada empat bagian utama dalam suatu pelajaran. Setiap bagian perlu dipikirkan dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Terlalu sering guru-guru sekolah minggu langsung menyampaikan cerita dan pelajaran Alkitab dengan tidak terpikirkan lebih dahulu: bagaimana sama saya dapat menarik perhatian murid saya kepada pelajaran hari ini, bagaimana saya dapat menolong dia mengetahui dan mengerti isi pelajaran, apakah yang saya inginkan sebagai hasil kelas kali ini. Oleh karena itu, kita akan mempelajari empat hal yang membentuk pola pelajaran.



A. Pikat

Meskipun kita sebagai guru selama satu minggu merenungkan isi Alkitab yang akan diajarkan, namun sewaktu murid kita masuk kelas, pikiran mereka tidak berkisar pada pelajaran yang akan kita ajarkan itu. Mereka sedang memikirkan teman, acara televisi, masalah di rumah, pesta yang sebentar mereka akan ikuti atau saudaranya di rumah yang sedang sakit. Langkah “Pikat” ini dapat digambarkan dengan mata kail karena guru ingin “menangkap” perhatian muridnya. Pikat adalah suatu Pendahuluan dari pelajaran yang memenuhi beberapa fungsi.

1. untuk menarik perhatian murid.

2. untuk memberikan motivasi kepada murid sehingga ia mau belajar.

3. untuk mengarahkan murid kepada penyelidikan firman Tuhan dan sasaran pelajaran.

Perhatikan bahwa suatu pendahuluan pelajaran, biar bagaimanapun menarik perhatian murid, harus selalu sesuai dengan tujuan dan isi pelajaran.



B. Kitab

Bagian ini yang paling lazim bagi guru-guru Sekolah Minggu karena isi pelajaran. Guru bercerita dengan menjelaskan isi pelajaran. Ia mengartikan kata-kata yang tidak dikenal, memberikan informasi baru, menafsirkan ayat-ayat firman Tuhan, mengulangi prinsip-prinsip utama dalam pelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan murid. Tujuan bagian ini ialah untuk menyampaikan informasi isi Alkitab dan menolong para murid mengerti ayat-ayatnya.



C. Lihat

Sekarang waktunya untuk beralih kepada implikasi kebenaran yang sudah dipelajari pada bagian di atas. Terlalu sering langkah ini diabaikan. Tetapi jika murid tidak dibimbing untuk melihat pengertian yang lebih dalam, yaitu hubungan kebenaran itu dengan kehidupan yang nyata, kelas Sekolah Minggu hanya merupakan pengisian kebenaran yang tidak ada hubungan dengan kehidupan sehari-hari. Murid-murid harus didorong untuk memikirkan tentang apa yang dapat mereka lakukan agar pelajaran Alkitab itu benar-benar hidup dalam pengalaman mereka sehari-hari: di rumah, di sekolah, di tempat bermain, dan di tengah-tengah lingkungan di mana mereka tinggal. Setiap guru harus menyadari bahwa Roh Kudus yang akan bekerja untuk memungkinkan langkah ini berhasil.



D. Buat

Sudah dijelaskan isi firman Tuhan dan artinya, implikasi pelajaran itu serta aplikasi, namun masih ada satu langkah lagi, yaitu respons. Jika murid-murid belum didorong untuk melakukan sesuatu dan untuk berubah, maka segala ajaran sia-sia saja. Seorang guru harus menolong murid-muridnya merencanakan bagaimana caranya mereka akan taat akan firman Tuhan. Meskipun seorang guru tidak dapat memaksa murid-muridnya untuk taat, namun ia dapat mengarahkan pikiran pada murid dan memberikan contoh-contoh serta motivasi agar murid-murid siap melakukan isi firman Tuhan.

Ada beberapa pertanyaan yang dapat diajukan kepada murid-murid kita. Kapan saudara akan mentaati isi Alkitab ini? Mengapa kebenaran-kebenaran ini sukar ditaati? Apakah yang dapat menolong saudara taat? Apakah yang firman Tuhan ajarkan secara khusus agar saudara perbuat? Dengan demikian murid-murid dapat membayangkan hal-hasil yang akan mereka hadapi dalam kehidupan mereka minggu depan dan dapat berpikir tentang bagaimana caranya mereka dapat taat.

Selain sasaran ini, guru dapat menolong murid-murid berlatih melakukan perintah-perintah Allah yang baru dipelajari. Dua contohnya: murid menjelaskan kata-kata macam apakah yang akan dikeluarkan apabila mereka difitnah, dicaci-maki atau dianiaya? Dengan memakai metode “role play” mereka dapat memperlihatkan bagaimana mereka akan membuktikan kasih kepada saudara-saudara di rumah.

Langkah ke empat yang sangat penting ini tidak dapat dilakukan dalam dua atau tiga menit saja atau secara terburu-buru pada waktu murid-murid mau pulang. Setiap langkah yang diuraikan sangat penting tetapi jika langkah keempat ini diabaikan, pelajaran Sekolah Minggu tidak akan menghasilkan perubahan yang diingini.



METODE MENGAJAR

Metode dapat diartikan sebagai “teknik”, “cara”, atau “prosedur”. Metode mengajar adalah cara yang dipakai oleh seorang guru untuk menghubungkan kebenaran Alkitab dengan para muridnya. Dalam hal mengajar secara kreatif, metode mempunyai peran penting. Tak dapat disangkal bahwa efektivitas suatu pengajaran sangat ditentukan oleh metode yang dipakai dalam usaha mengkomunikasikan pelajaran yang sudah dipersiapkan.

Prinsip-prinsip dalam menggunakan metode:

1. Tidak ada metode yang bisa dikatakan lebih efektif daripada yang lain. Masing-masing metode mempunyai kekuatan dan kelemahan sendiri.

2. Menggunakan beraneka macam metode tidak menjamin keberhasilan dalam hal mengajar.

3. Memakai metode-metode yang selalu sama pasti tidak akan menggairahkan para murid.

4. Metode-metode mengajar lebih efektif jika digunakan dalam Keterpaduan satu metode dengan yang lain.

5. Metode mengajar harus dapat melibatkan murid, bukan mengaktifkan hanya guru saja.

6. Setiap guru perlu mengerti dan menguasai segala macam metode.



Pemilihan metode mengajar yang tepat ditentukan oleh berbagai faktor.

1. Tujuan pelajaran

2. Kemampuan dan keterampilan guru dalam menggunakan metode

3. Bahan Pelajaran

4. Kebutuhan murid

5. Besarnya kelompok

6. Keterlibatan murid dalam arti menggiatkan murid dalam suasana interaktif yang baik

7. Fasilitas yang tersedia

8. Ukuran ruang kelas

9. Jarak antar kelas – jika kelas lain di ruang yang sama atau dekat, hindarilah kegaduhan

10. Usia murid dan kemampuannya

11. Latar belakang murid: etnis, pendidikan, sosiologis, spiritual yang mempengaruhi

12. Letaknya dalam rencana pelajaran, sesuai dengan 4 langkah yang sudah dibahas di atas.



Metode mengajar yang berpusat pada guru



1. Metode Cerita



Metode ini merupakan salah satu metode yang paling tua dan dipakai dalam segala macam kebudayaan, pada semua golongan umur dan untuk mencapai beraneka macam tujuan. Tuhan Yesus, Sang Guru Agung, sering menggunakan metode bercerita untuk menjadikan kebenaran abstrak akhirnya nyata. Contoh: cerita Anak yang Hilang menjelaskan kesediaan Allah Bapa untuk mengampuni orang berdosa.



Berikut ada beberapa prinsip yang perlu diingat sewaktu bercerita.

1. Suara, roman muka, dan gerak-gerik yang nyata pada guru sewaktu bercerita menambahkan gairah, perhatian dan pengertian agar cerita itu benar-benar hidup.

2. Pendahuluan cerita tidak boleh langsung memperkenalkan cerita itu. Contoh yang tidak baik: “Hari ini guru ingin bercerita tentang Goliat, raksasa besar yang melawan orang Israel.”

3. Isi cerita dengan segala nama, tempat dan kejadian-kejadian harus dijiwai oleh guru sehingga dengan spontan dan akurat ia dapat menyampaikan cerita. Cerita tidak boleh dibaca. Keterampilan bercerita dengan baik menuntut kerja keras dan banyak latihan.

4. Percakapan langsung atau dialog antara oknum-oknum dalam cerita akan menjadikan cerita sungguh hidup bagi murid.

5. Cerita harus menggambarkan permulaan yang biasa, kemudian bertambah seru sampai kepada puncaknya yang akhirnya menurun dengan drastic. Cerita harus dihentikan pada puncaknya.

6. Pelajaran rohani tidak cocok ditambahkan pada akhir cerita tatkala para murid sudah puas mendengar cerita. Contoh yang tidak baik: “Nah, anak-anak, kita harus berani seperti Daud.” Pelajaran rohani harus disisipkan dalam cerita pada bagian-bagian yang cocok agar perhatian murid tidak lenyap dan makna penting dari firman Tuhan sungguh-sungguh berkesan.



2. Metode Ceramah



Ceramah terdiri dari penjanjian secara langsung dari bahan-bahan pelajaran oleh guru. Metode ini akan gagal jika sikap guru ada pada materi dan bukan pada murid. Metode ini tidak cocok dipakai untuk anak golongan balita, indria, ataupun pratama, tetapi boleh dipakai untuk anak madya. Kebaikan metode ini ialah: cocok dipakai jika kelompok murid besar, jika waktu dan fasilitas serta ruangan terbatas, jika tingkat kemampuan murid cukup tinggi, dan jika cara guru menggunakan metode ini sungguh menarik dan disertai alat peraga. Metode ceramah bisa dianggap baik jika dipadukan dengan metode-metode lain sehingga ada variasi dalam cara mengajar.

Ada beberapa keburukan metode ini: sering membosankan, tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan murid, memadamkan inisiatif murid dan melatih para murid untuk bergantung pada orang lain untuk pendapat mereka.



3. Metode Demonstrasi



Dengan metode ini guru dapat langsung mempertunjukkan dengan secara nyata apa yang dijelaskan secara abstrak. Agar berhasil, guru perlu mempersiapkan segala bahan yang dibutuhkan serta memberikan penjelasan yang sederhana sambil ia memberikan demonstrasinya. Contoh demonstrasi: bagaimana orang pada masa Perjanjian Lama berpakaian, cara murid-murid Yesus menjala ikan ataupun bagaimana orang pada masa dahulu menulis pada gulungan Kitab Suci.



4. Metode Audio-visual



Guru mempersiapkan kaset, film ataupun video yang akan diputarkan di kelas. Mutu kaset, film atau video harus tinggi karena metode ini meskipun menarik, tidak menguntungkan jika dipakai hanya untuk mengisi waktu. Sangat perlu dicoba dahulu di ruang kelas untuk memastikan bahwa apakah alat-alat teknis yang dibutuhkan untuk menjalankan alat audio-visual ini berjalan dengan baik.



Matode mengajar yang berpusat pada murid



1. Metode Tanya Jawab



Metode ini seperti metode bercerita termasuk metode mengajar yang paling lama dipakai. Tanya jawab dipakai dalam sinagoge pada masa dahulu dan Yesus juga sering menggunakan metode ini dalam mengajar murid-murid-Nya. Perjanjian Baru mencatat lebih dari 100 pertanyaan yang Yesus ajukan kepada orang yang diajar-Nya. Metode ini melibatkan guru dan para murid dalam proses belajar mengajar karena pertanyaan dapat diajukan oleh guru kepada murid, murid kepada guru, dan murid kepada murid. Sebaiknya bila guru merencanakan dan menulis lebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada murid. Harus dihindari pertayaan yang dapat dijawab dengan “ya”, “tidak” atau jawaban lain yang tidak menuntut pikiran.



Pertanyaan guru kepada murid mempunyai beberapa fungsi.

· Untuk membimbing pikiran – sebaiknya dipakai kata-kata tanya seperti “Mengapa” dan “Bagaimana”.

· Untuk mendorong penyelidikan Alkitab – pertanyaan dapat mendorong murid pratama dan madya untuk mencari jawaban dalam Alkitab.

· Untuk mengetahui sampai ke mana pengertian murid, apakah mereka memahami apakah yang sedang diajarkan.

· Untuk ulangan.



Pertanyaan murid kepada guru lebih tinggi nilainya karena Ternyata murid merangsang untuk berpikir dan menimbang isi pelajaran. Ternyata ada keinginan untuk mencari tahu dan rasa ingin tahu itu tidak boleh dipadamkan. Dengan pertanyaan dari murid, guru lebih mudah mengetahui sampai ke mana pengertian murid terhadap pelajaran. Perhatikan beberapa prinsip di bawah yang akan menolong guru kreatif memakai metode tanya jawab dengan baik.

· Setiap pertanyaan harus dihargai dan ditanggapi. Jika pertanyaan kurang berhubungan dengan pelajaran atau kurang penting, perlu dijawab dengan secepat dan sesingkat mungkin seakan akan tidak ada satu interupsi (penyelaan).

· Pertanyaan yang dapat dijawab oleh murid sendiri sebaiknya dilemparkan kepada dengan membimbing pikiran murid sehingga ia bisa mendapatkan jawaban bagi dirinya sendiri.

· Pertanyaan yang dapat dijawab bila murid menggunakan Alkitab dapat ditanggapi dengan mengarahkan murid kepada Kitab atau ayat dalam Alkitab yang dapat memberikan jawaban kepadanya.

· Pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh guru tanpa penyelidikan lebih lanjut harus diterima juga, bukan dengan sikap berlagak pintar atau dengan jawaban yang semu tetapi dengan pengakuan bahwa jawaban belum diketahui. Guru dapat berjanji untuk mencarikan jawaban yang akan dijelaskan pada pertemuan berikut.

· Pertanyaan yang menurut guru tidak akan baik pengaruhnya bila dibahas di dalam kelas dapat dijawab dan dibicarakan bersama murid yang bersangkutan sesudah jam kelas.

·



2. Metode Diskusi Kelompok



Metode diskusi kelompok menyangkut tanya jawab tetapi metode ini maju kepada pemecahan persoalan oleh kelompok. Metode ini jarang dipakai untuk anak-anak kecil. Diskusi kelompok biasanya berkisar pada satu persoalan yang muncul dari kebenaran firman Tuhan. Metode ini paling cocok untuk langkah Lihat dan Buat. Setelah persoalan diajukan oleh guru, murid-murid mulai menganalisa masalah dan memberikan masukan mereka masing-masing. Dengan pengarahan dari guru sebagai pemimpin, murid-murid dapat ditolong untuk memecahkan masalah tersebut berdasarkan kebenaran-kebenaran firman Tuhan yang baru dipelajari. Sebaiknya guru terlebih dahulu menyiapkan beberapa pertanyaan yang akan memimpin diskusi. Sebagai fasilitator dalam diskusi guru akan berusaha agar setiap murid sempat mengemukakan pendapatnya dan murid yang ingin memonopoli pembahasan dicegah.



3. Metode “Brainstorming” (sumbang saran)



metode ini cocok dipakai sebagai Pikat, maupun Lihat dan Buat Dimana murid-murid diberikan kesempatan untuk mengemukakan saran-saran mereka terhadap suatu tindakan ataupun suatu masalah. Semua saran diterima dan ditulis pada papan tulis tanpa dikomentari atau dikeritik. Kemudian semua saran dievaluasi oleh kelompok bersama untuk menentukan saran-saran yang paling cocok sebagai jawaban atau pemecahan masalah.



4. Metode “Buzz Group”



Buzz Group” ada persamaan dengan “brainstorming” karena metode ini juga memberikan kesempatan kepada murid untuk menyumbangkan ide-ide mereka tetapi dalam kelompok yang lebih kecil: antara 2-5 orang. Bergantung pada tujuan, hasil dari sumbangan para murid dapat dibagikan dengan seluruh kelas ataupun hanya dibagikan kepada murid lain dalam group kecil.



5. Metode Role Play



Metode ini memberikan peluang kepada murid-murid untuk memerankan sebuah situasi dalam hidup manusia tanpa diadakan latihan lebih dahulu. Biasanya diadakan oleh 2 orang atau lebih untuk menjelaskan cara bagaimana suatu masalah akan dipecahkan ataupun untuk mempertunjukkan kenyataan suatu sikap yang penting dalam hidup sehari-hari. Main peran ini paling cocok dipakai pada langkah Buat Dimana murid mempraktekkan kebenaran firman Tuhan yang baru diajarkan. Sebaiknya jika seluruh kelas menanggapi bersama hasil dari role play tersebut.



6. Metode Sandiwara



Metode ini adalah suatu cara yang sangat berguna karena anak-anak dapat mengambil bagian dalam melukiskan melalui drama sederhana dan singkat peristiwa-peristiwa dari cerita yang baru didengar. Sandiwara ini dapat dilakukan secara spontan di dalam kelas tanpa latihan. Anak-anak kecil suka sekali memainkan suatu peristiwa, misalnya cerita tentang Musa memimpin orang Israel melewati laut merah atau orang Israel mengelilingi kota Yerikho. Anak-anak yang lebih tua dapat melukiskan cerita dengan lebih sempurna jika metode diperkembangkan dengan sebaik-baiknya.



7. Metode Pekerjaan Tangan



Metode ini menarik karena dapat disesuaikan dengan setiap tingkatan umur dan memungkinkan murid-murid berbuat sesuatu dengan tangan yang akan mengingatkan mereka akan pelajaran Alkitab yang baru disajikan. Metode ini termasuk mewarnai gambar, menggunting dan mengelem ataupun bagi anak-anak yang lebih besar, membuat model bahtera, rumah di Palestina pada masa dulu kala ataupun kemah suci. Agar metode ini lebih efektif, sambil anak-anak bekerja, guru menyisipkan penjelasan tambahkan dari pelajaran serta mengajukan pertanyaan yang mendorong aplikasi dan respons dari para murid. Suatu keuntungan dari metode ini ialah bahwa seringkali hasil dari pekerjaan tangan dapat dibawa pulang dan berfungsi sebagai pengulangan pelajaran di rumah ataupun sebagai daya tarik bagi anggota keluarga yang belum percaya kepada Tuhan.



8. Metode Membaca



Anak-anak pratama yang baru belajar membaca senang mengisi buku pedoman murid atau lembaran yang memberikan bahan bacaan sederhana serta pertanyaan atau teka-teki yang harus diisi. Anak madya yang lebih mampu dalam hal membaca dan berpikir dapat mengisi suatu pelajaran penyelidikan Alkitab, menulis jawaban atas suatu studi kasus atau menulis respons terhadap firman Tuhan. Metode membaca cocok dipakai pada langkah lihat dan buat.



9. Metode Menghafal



Metode ini cocok untuk setiap anak sekolah minggu. Ayat-ayat yang dihafal harus berhubungan erat dengan pelajaran firman Tuhan pada hari itu, harus cukup bermutu dan harus disesuaikan dengan kemampuan murid untuk menghafalkannya. Sebelum ayat dihafal, guru harus menjelaskan kata-kata yang sulit dimengerti atau konsep yang jelas dalam ayat itu. Membeo saja tidak menguntungkan para murid. Terlebih dahulu mereka harus mengerti apa yang mereka hafalkan. Cara yang baik untuk mengajar hafalan ayat akan dijelaskan dikemudian hari.



10. Metode Musik dan Gerakan Irama



Musik menjadi daya tarik bagi anak-anak dan mereka senang dengan gerak irama. Karena lagu yang dipelajari dan dinyanyikan sering diulang-ulangi di luar Sekolah Minggu, maka metode ini berkesinambungan. Lagu-lagu yang dipilih harus cocok dengan umur anak dipandang dari segi musik, bahkan kata-kata. Lagu juga yang dipakai dalam kelas Sekolah Minggu sebaiknya berhubungan erat dengan pelajaran, tujuannya dan aplikasinya sehingga pada waktu anak-anak pulang, mereka dengan mengulangi nyanyian dapat mengingat kembali apa yang baru dipelajari dalam kelas. Anak-anak kecil paling senang dengan gerak irama atau “orkes ritme” yang terdiri dari alat-alat dapur yang sederhana: kaleng, sendok kayu dan baja, botol, mangkok plastik, ember kecil, piring, dls. Di kemudian hari musik dalam Sekolah Minggu akan dibahas secara lebih lengkap.



11. Metode-metode lainnya.



Metode-metode lain yang lebih cocok dengan anak madya akan didaftarkan tetapi tidak dijelaskan mengingat waktu yang terbatas: metode proyek, metode pemberian tugas (p.r), metode wawancara, metode karyawisata, metode kerja kelompok, metode panel, metode debat, dan metode studi kasus. Alat-alat perang juga termasuk metode mengajar tetapi akan dibahas pada session tersendiri.





SIKAP SEORANG GURU YANG KREATIF

Seorang guru dapat mengikuti segala pola yang sudah dijelaskan di atas tetapi belum mengajar secara kreatif. Kunci keberhasilan dalam kelas ialah guru. Oleh karena itu, akan didaftarkan beberapa ciri seorang guru yang kreatif.

1. Ia sungguh yakin bahwa mengenal Tuhan dan isi firman-Nya sangat penting bagi dirinya sendiri, bahkan bagi murid-murid yang ia bina.
2. Ia merasa bahwa mempelajari firman Tuhan sungguh menyenangkan.
3. Ia mempunyai keyakinan bahwa Tuhan memanggil dia untuk mengajar serta melengkapi dia dengan kemampuan-kemampuan khusus. Selain itu, ia juga mengerti bahwa daya cipta berasal dari Pencipta, yakni Tuhan sendiri, yang siap juga melengkapinya dengan kesanggupan untuk mengajar secara kreatif.
4. Ia menyukai murid-muridnya dan tugas yang diberikan kepadanya. Ia bersukacita dan menyatakan rasa senang pada saat ia mengajar.
5. Ia berusaha untuk mengenal setiap murid sehingga tujuan dan isi pelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.
6. Ia mengizinkan murid-murid menyatakan individualitasnya dan tidak menuntut setiap murid harus berbuat hak yang sama dengan murid lain. Ia juga mengiakan perbedaan-perbedaan yang nyata di antara murid-murid di kelas dan mendorong mereka untuk saling menerima perbedaan itu.
7. Sambil mengajar ia memperhatikan suasana kelas dan mencarikan cara untuk mengembalikan gairah dan semangat belajar pada murid-muridnya jika ia merasa bahwa sudah mulai hilang.
8. Ia mengembangkan imajinasinya dan memberikan peluang bagi murid-muridnya juga untuk berbuat hal yang sama.
9. ia berusaha untuk meningkatkan kretivitasnya dengan membaca dan memperhatikan cara orang lain mengajar, bekerja, berekreasi, bermain, dan memecahkan masalah secara kreatif.
10. ia memberikan waktu senggang untuk membayangkan bagaimana ia dapat melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dari yang biasa.
11. Ia tahu rasa gagal dan tidak dihantui rasa takut untuk mencoba sesuatu yang baru. Ia lebih mengutamakan keberhasilan murid-muridnya daripada pandangan orang lain terhadapnya.



SUMBER BAHAN



Anderson, Mavis. Pola Mengajar Sekolah Minggu. Bandung: Kalam Hidup, 1983.

kematian yesus dan APlikasinya bagi orang percaya masa kini

Kematian Kristus dan Aplikasinya Bagi Orang Percaya

Pendahuluan
Kematian Yesus di kayu salib merupakan jalan utama keselamatan manusia dari dosa. Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, manusia diperdamaikan dengan Allah dan kembali diangkat menjadi umat-Nya, bahkan disebut milik kesayangan-Nya. Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan makna kematian Yesus dan bagaimana aplikasinya bagi orang percaya masa kini.
Isi
Yesus sebagai tokoh utama Kekristenan telah menjadi bahan perdebatan sepanjang masa dari masa kecilnya ketika Dia berada di bait Allah (Luk.2:47), sampai saat kematian-Nya di kayu salib yang diakui oleh seorang perwira Romawi (Luk.23:47). Merupakan contoh bahwa kematian-Nya sangat unik dan berbeda dengan kematian manusia yang wajar. Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang berbeda dari kematian Yesus, ada suatu pesan yang ingin dinyatakan bagi orang percaya masa kini
Peristiwa kematian sebenarnya merupakan peristiwa yang sangat alamiah sebab dialami oleh setiap mahluk hidup termasuk umat manusia. Dasar atau hakikat dari seluruh peristiwa kematian yang dialami oleh manusia karena manusia adalah mahluk yang fana dan terbatas. Sehingga sehebat apapun prestasi yang berhasil dicapai oleh manusia, dia akan berhadapan dengan batas akhir yang bernama kematian. Jika demikian, mengapa dalam iman Kristen, kematian Kristus dihayati sebagai karya keselamatan Allah yang sempurna? Bukankah para tokoh sejarah juga mengalami kematian, baik karena kematian di usia lanjut atau kematian yang penuh kepahlawanan, kematian sebagai seorang martir maupun kematian yang begitu tragis. Misalnya penakluk dunia Aleksander Agung dari Makedonia (356 - 324 sM) meninggal dalam usia 33 tahun karena sakit demam. Aleksander adalah seorang penakluk banyak orang dan bangsa, tetapi dia ditaklukkan oleh demam yang kemungkinan adalah nyamuk malaria. Contoh lain adalah Gaius Julius Caesar (13 Juli 100 – 15 Maret 44 sM) yang mampu memperluas dunia Romawi hingga Oceanus Atlanticus. Dia juga terlibat dalam pertarungan dan berhasil memenangkan sebuah perang saudara yang menjadikannya penguasa terhebat dunia Romawi, dan memulai reformasi besar-besaran terhadap masyarakat dan pemerintah Romawi. Tetapi akhirnya dia meninggal dunia pada 15 Maret 44 SM akibat ditusuk hingga mati oleh Marcus Junius Brutus dan beberapa senator Romawi. Tetapi kematian mereka tidak pernah dihayati sebagai wujud karya keselamatan Allah. Dunia hanya mengenang mereka sebagai pahlawan, penakluk dunia yang jenius dan tokoh sejarah di antara para tokoh sejarah lainnya.
Dalam sepanjang sejarah, kematian Yesus telah mendapatkan tantangan bahkan sebagian besar ditolak oleh orang-orang yang tidak percaya pada-Nya. Membuktikan bahwa kematian Yesus adalah inti kekristenan. Jika Kristus tidak mati dan bangkit, maka sia-sialah kepercayaan kita (1 Kor.15:17). Gagasan bahwa Yesus tidak pernah benar-benar mati muncul pada tulisan di abad ketujuh. Di situ dikatakan bahwa Yesus melarikan diri ke India. Bahkan sampai saat ini terdapat sebuah makam keramat yang dianggap makam Yesus di Srinagar, Kashmir.
Pada permulaan abad ke-19, Karl Bahrdt, Karl Venturini, dan yang lain-lainnya mencoba menjelaskan Kebangkitan dengan mengemukakan gagasan bahwa Yesus hanya pingsan karena kepayahan di atas kayu salib, atau Ia telah diberi obat yang membuatnya kelihatan mati, dan bahwa selanjutnya Ia dihidupkan kembali oleh udara kubur yang sejuk dan lembab. Mereka menjelaskan bahwa Yesus telah diberi suatu cairan di suatu bunga karang ketika tergantung di atas salib (Markus 15:36) dan bahwa Pilatus kelihatan terkejut akan betapa cepatnya Yesus mati (Mrk.15:44). Konsekuensinya, kata mereka, pemunculan Yesus kembali bukanlah suatu kebangkitan mukjizat, tetapi sekedar suatu kesadaran kembali yang kebetulan, dan kubur-Nya kosong karena Ia masih hidup dan terus-menerus hidup. Apa yang sebenarnya terjadi saat Penyaliban? Apa penyebab kematian Yesus? Adakah cara yang mungkin bagi-Nya untuk bertahan hidup dari siksaan ini?
Kematian Yesus bukanlah kematian “martir” yang bermakna “mati demi mempertahankan kebenaran dan bertahan terhadap pemaksaan dari musuh-musuh Tuhan hingga akhir hayatnya”. Seseorang bisa saja menjadi martir “sebagai tanda cinta kepada Tuhan dan kebenaranNya”, sehingga ia dibunuh dalam kemartiran dimana Tuhanlah yang menjadi pusat pembaktiannya. Namun kematian Yesus adalah kematian sebagai kurban, dimana seseorang merelakan jiwanya sendiri untuk dikorbankan (masih bisa dihindari , tetapi ia merelakan) demi kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang dikasihinya. Inilah sebuah kematian “tukar-guling” yang merupakan “win-win solution” (semua pihak diuntungkan) demi menebus kematian umat-Nya dari dosa. Atau sebagai pengganti hukuman umat yang percaya kepada-Nya.
Kematian Kristus merupakan rencana dan wujud dari karya keselamatan Allah yang sempurna, maka tidaklah mengherankan jikalau masalah kematian Kristus sepanjang masa sering dipersoalkan dan menjadi suatu kontroversi. Beberapa kalangan menganggap Yesus Kristus tidak mati, sebab Dia terlebih dahulu diangkat ke sorga oleh Allah. Kalangan lain memiliki anggapan yang berbeda. Sebab bagi mereka Yesus Kristus sungguh-sungguh disalibkan tetapi Dia tidak sampai mati tetapi hanya mengalami mati suri sehingga akhirnya Dia siuman dan berhasil keluar dari kubur. Kelompok-kelompok yang saling berbeda pandangan tersebut, pada prinsipnya tetap menolak kematian Kristus. Sepertinya dalam kelompok-kelompok yang menepiskan kemungkinan Yesus mengalami kematian di atas kayu salib didasari oleh suatu “kekuatiran” tertentu. Mengapa mereka merisaukan soal kemungkinan kematian Kristus di atas kayu salib, sehingga timbul teori Dia diangkat oleh Allah dan diganti oleh salah seorang muridNya? Atau teori yang menyatakan bahwa Yesus hanya mati suri saja, sehingga Dia tidak pernah mengalami kematian di atas kayu salib? Mungkin satu-satunya tokoh sejarah yang kematianNya selalu dipersoalkan oleh banyak kalangan adalah kematian Yesus. Namun iman Kristen berdasarkan kesaksian Alkitab dan yang dikuatkan oleh dokumen-dokumen sejarah secara pasti menyatakan bahwa Yesus Kristus wafat di atas kayu salib. Peristiwa kematianNya telah membawa suatu dampak yang begitu besar dalam sejarah sehingga umat Kristen dapat hadir dan berperan secara transformatif dalam gelanggang sejarah. Tetapi juga kematian Kristus terbukti membawa dampak yang begitu besar dalam pemahaman teologis manusia tentang Allah dan karyaNya. Kematian Kristus memberikan pemahaman yang baru tentang makna serta tujuan kehidupan. Itu sebabnya kematian Kristus pada hakikatnya memiliki tempat yang sangat unik, khusus, memulihkan dan transformatif dalam kehidupan umat manusia. Melalui kematian Kristus, Allah telah mengungkapkan karya keselamatanNya yang sungguh-sungguh sempurna sehingga terjadilah pendamaian dan pemulihan hubungan antara Allah dengan umat manusia.

Sang Hamba Tuhan Sebagai Korban

Nabi Yesaya di Ye. 52 dan 53 menubuatkan tentang kedatangan seorang tokoh yakni sang Hamba Tuhan (Ebed Yahweh). Yang mana sosok sang Hamba Tuhan tersebut tampil sebagai seorang yang kelak akan dihina dan dihindari orang. Dia tampil sebagai manusia yang penuh dengan penderitaan dan biasa menderita kesakitan. Beberapa ahli menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan sang Hamba Tuhan adalah umat Tuhan sepanjang masa. Sebab bukankah umat Tuhan selaku para hambaNya sering mengalami penghinaan dan penderitaan karena mereka konsisten dalam mempertahankan iman dan kebenaran? Jadi menurut beberapa ahli tafsir, makna dari sosok sang Hamba Tuhan tersebut menunjuk kepada kedirian umat Allah yang sering menderita karena kebenaran. Umat Allah sering ditolak dan dipandang rendah oleh dunia. Tetapi tafsiran tersebut tidak mampu menjelaskan ketika nabi Yesaya menyatakan bahwa sang Hamba Tuhan tersebut akan tertikam oleh karena pemberontakan “kita” (orang ketiga jamak). Nubuat di Yes. 53: 5 berkata: “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita, ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh”. Berulangkali kata “kita” (orang ketiga jamak) digunakan dalam nubuat di Yes. 53:5. Makna “kita” di sini jelas menunjuk kepada komunitas umat Allah yang jalan hidupnya sering sesat dan jauh dari Allah. Jadi menjadi aneh maknanya kalau sang Hamba Tuhan tersebut diidentikkan dengan umat Allah yang harus menderita dengan cara ditikam dan diremukkan oleh “umat Allah”. Pertanyaannya adalah umat Allah manakah yang diwakili oleh sang Hamba Tuhan? Juga umat Allah yang manakah mewakili umat yang sesat dan jauh dari Allah? Jika demikian argumentasi atas makna dari sosok sang Hamba Tuhan tersebut lebih tepat menunjuk kepada suatu perseorangan. Tepatnya seorang yang memang secara khusus ditentukan oleh Allah untuk memerankan suatu tugas sebagai seorang Hamba Tuhan untuk menanggung dosa dan kesalahan umat-Nya.

Karena sang Hamba Tuhan tersebut hadir dan berperan untuk memerankan misi Allah yang menanggung dosa dan kesalahan umatNya, maka dia sama sekali tidak menunjukkan perlawanan dalam bentuk apapun. Yes. 53:7 berkata: “Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”. Dalam konteks ini sang Hamba Tuhan akan memerankan tugasnya menjadi korban yang harus dibawa ke tempat pembantaian. Dalam tradisi dan ibadah umat Israel sebagaimana telah diatur dalam kitab Imamat menyatakan bahwa setiap umat yang berbuat dosa, maka haruslah dia mempersembahkan hewan korban kepada Allah. Ritual pendamaian dengan Allah dalam teologi umat Israel bukan dilakukan dengan cara memperbanyak amal-ibadah, tetapi perlu diselesaikan dengan mempersembahkan hewan korban. Sebab perbuatan dosa di hadapan Allah dalam pengertian hukum Imamat adalah suatu pelanggaran yang melawan kekudusan Allah. Sehingga setiap dosa yang dilakukan oleh umat haruslah dihukum dengan kematian. Namun Allah yang penuh rahmat tidak menghendaki umatNya yang berdosa menjadi binasa. Itu sebabnya Allah memerintahkan umat yang berdosa mempersembahkan hewan korban untuk pendamaian. Misal di Im. 4:13-14 berkata: “Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu segenap umat Israel, dan jemaat tidak menyadarinya, sehingga mereka melakukan salah satu hal yang dilarang Tuhan, dan mereka bersalah, maka apabila dosa yang diperbuat mereka itu ketahuan, maka haruslah jemaah itu mempersembahkan seekor lembu jantan yang muda sebagai korban penghapus dosa”. Hewan korban yang dipakai untuk menjadi pengganti atau penebus dosa umat disebut dengan “asyam”. Dalam hal ini hewan korban (asyam) berfungsi untuk mengganti atau menebus dosa umat, sehingga umat tidak lagi berada di bawah murka atau hukuman Allah. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimanakah mungkin hewan korban yang menjadi “asyam” dapat berfungsi secara efektif menggantikan dosa dan kesalahan manusia? Logikanya adalah: hanya seorang manusia yang sempurna dan hidup tanpa cela dan yang ditentukan oleh Allah sendiri yang mampu mengganti atau menebus dosa umatNya. Manusia sempurna yang ditentukan oleh Allah untuk menjadi “asyam” bagi seluruh umat manusia adalah sang Hamba Tuhan. Kedudukan dan peranNya yang kudus untuk menjadi korban (asyam) bukan ditentukan oleh kebenaran diriNya, tetapi oleh kehendak Allah. Itu sebabnya Dia disebut sebagai sang Hamba Tuhan.

Esensi pemulihan dan pendamaian dengan Allah yang diperankan sang Hamba Tuhan tersebut secara spesifik dinyatakan melalui penderitaan dan kematianNya. Sebagai korban (asyam), Dia harus mengalami penderitaan dan kematian. Yes. 53:5b menyaksikan: “ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh”. Sehingga gagasan Yes. 53:5b tersebut sebenarnya terkait erat dengan Yes. 53:8b yang berkata: “Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umatKu ia kena tulah”. Sebab apabila Yes. 53:5b menyatakan keadaan penderitaanNya, maka Yes. 53:8b menyatakan bagaimana penderitaan yang dialamiNya akan berakhir dengan suatu kematian. Kedua pengertian nubuat di Yes. 53:5b dengan Yes. 53:8b pada prinsipnya ditempatkan dalam konteks Allah yang menimpakan hukuman dan murkaNya kepada sang Hamba Tuhan agar sang Hamba Tuhan tersebut menyelamatkan umatNya dari kuasa dosa. Dengan demikian sang Hamba Tuhan yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya menyelesaikan seluruh tugasNya sebagai korban (asyam) secara sempurna melalui penderitaan dan kematianNya. Kedirian sang Hamba Tuhan yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya tersebut menunjuk secara signifikan kepada Yesus Kristus. Dalam hal ini pernyataan Yohanes Pembaptis sangatlah tepat ketika dia berkata kepada orang banyak seraya menunjuk diri Yesus adalah: “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29).

Keselamatan Allah Di Balik Kejahatan Manusia

Kesaksian Yoh. 18:1 - 19:42 mengisahkan drama sang Hamba Tuhan yakni Yesus Kristus untuk memenuhi ketentuan dan kehendak Allah. Sangat menarik bahwa peranNya untuk menebus dosa umat justru diteguhkan oleh perkataan para musuhNya. Kayafas yang pada tahun itu menjadi Imam Besar mengucapkan perkataan yang justru menguatkan nubuat nabi Yesaya. Di Yoh. 18:14, Kayafas berkata: “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa”. Tanpa disadari oleh Imam Besar Kayafas, dia telah menubuatkan bahwa memang lebih baik jika Tuhan Yesus mati agar seluruh bangsa menjadi selamat. Dalam hal ini sebagian perkataan Kayafas benar, bahwa kematian Tuhan Yesus dapat membawa keselamatan untuk seluruh umat. Tetapi sebagian perkataan Kayafas yang lain tidaklah benar. Sebab bukan karena upaya dan otoritas Kayafas selaku Imam Besar yang menentukan nasib atau kematian Tuhan Yesus. Sebab kematian Kristus dapat terjadi karena ketentuan dan kehendak Allah yang memakai Kayafas dan Pilatus. Dengan perkataan lain kematian Yesus sebenarnya bukan karena ditentukan oleh kehendak manusia atau kuasa dan otoritas kerajaan Romawi yang saat itu akan memvonis Tuhan Yesus. Saat Pilatus berkata bahwa dia selaku wakil kaisar memiliki otoritas atau kuasa untuk membebaskan dan menyalibkan Yesus, dengan segera Yesus berkata: “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas” (Yoh. 19:11). Dengan demikian di balik vonis kuasa dunia yang saat itu sedang berupaya untuk menjatuhkan hukuman salib bagi Tuhan Yesus, Allah telah mengubahnya menjadi media keselamatan yang mendamaikan diriNya dengan umat manusia. Jadi semula kuasa dunia beranggapan bahwa dengan menjatuhkan hukuman salib kepada Yesus, maka karya keselamatan Allah yang terwujud dalam diri Yesus akan berhasil digagalkan. Sehingga ketika Yesus akhirnya wafat di atas kayu salib, kuasa dunia atau kegelapan beranggapan bahwa mereka telah memperoleh kemenangan mutlak dengan menggagalkan karya keselamatan Allah.

Pola pikir kuasa dunia dan kegelapan sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Yang mana pola pikir dunia kerap mendorong diri kita dengan suatu anggapan palsu bahwa diri kita adalah penentu dari karya keselamatan Allah. Sehingga apabila kita tidak lagi berperan aktif dalam suatu pelayanan gerejawi , maka karya keselamatan Allah yang terjadi dalam kehidupan jemaatNya dianggap akan segera runtuh. Bukankah sikap kita tersebut seperti perilaku Kayafas dan Pilatus yang merasa memiliki wewenang dan otoritas untuk menentukan sesuatu. Seakan-akan segala keputusan dan kebijaksanaan kita yang akan menentukan seluruh pertumbuhan atau arah perkembangan jemaat Tuhan. Tanpa kita sadari, kita sering berperilaku sebagai para pelayan Tuhan yang sombong dan takabur. Padahal peran dan otoritas yang kita miliki dalam suatu jabatan gerejawi dapat terjadi karena “kuasa itu diberikan dari atas”. Sehingga apabila otoritas atau wewenang tersebut tidak digunakan dengan hati yang murni, maka akan dipakai oleh kuasa kegelapan untuk menggagalkan karya keselamatan Allah. Akhirnya kita bertindak seperti Kayafas dan Pilatus yang menghukum atau memvonis orang yang tidak bersalah. Tetapi pertanyaan penting di sini adalah apakah kemudian rencana dan karya keselamatan Allah dapat digagalkan oleh upaya manusia? Untuk sementara waktu sepertinya karya keselamatan berhasil digagalkan. Padahal Allah selalu mampu mengubah hasil kejahatan manusia menjadi media untuk menyatakan kemulian dan karya keselamatanNya.

Apabila Kayafas dan Pilatus merasa memiliki otoritas dan kuasa sehingga mereka bertindak takabur, maka tidaklah demikian sikap Tuhan Yesus. Dia tetap mampu menghadapi segala kejahatan dan tipu daya dunia ini dengan sikap yang tenang dan arif. Walaupun Tuhan Yesus saat itu berada dalam situasi yang sangat kritis, Dia mampu menjawab dengan bijaksana setiap tuduhan dari para lawanNya. Esensi jawaban-jawaban dari Tuhan Yesus tidak pernah terjebak dalam sikap pembenaran diri, tetapi senantiasa memamparkan hakikat kebenaran Allah dan karyaNya, serta mengingatkan para lawanNya agar mereka takut terhadap kuasa Allah. Dari percakapan atau dialog Tuhan Yesus dengan Kayafas dan Pilatus makin terlihat dengan begitu jelas sosokNya selaku sang Hamba Tuhan yang begitu kontras dengan pola kehidupan kita yang sesat dan selalu menyimpang dari kehendak Allah. Yes. 53:6 berkata: “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”. Namun semua penyimpangan dan kesesatan kita tersebut diterima oleh Tuhan Yesus dengan penuh kerelaan. Jadi tujuan dari karya keselamatan Allah pada hakikatnya menghendaki agar kehidupan kita makin serupa dengan Tuhan Yesus, yaitu memerankan diriNya selaku sang Hamba Tuhan yang setia dan taat kepada kehendak Allah. Sehingga apabila kita dianiaya dan diperlakukan tidak adil, seharusnya kita selalu meneladan Kristus. Saat kita berada dalam suasana kebencian dan permusuhan, kita tetap dimampukan untuk memperlihatkan kasih dan pengampunan dari Allah.

Membuka Jalan yang Baru dan yang Hidup
Kematian Kristus menjadi karya Allah yang sempurna karena kematianNya selain mendamaikan dan mendatangkan pengampunan Allah, juga telah membuka jalan yang baru dan yang hidup. Maksudnya kematian Kristus bagi setiap orang yang percaya berhasil membuka dimensi komunikasi dan relasi yang hidup baik secara vertikal maupun secara horisontal. Bila semula hubungan manusia dengan Allah terputus bahkan terbentang suatu jarak yang tidak mungkin terjembatani; maka kini melalui kematian Kristus, Allah berkenan menjadi Bapa dan umat manusia menjadi anak-anak Allah. Dengan statusnya sebagai anak-anak Allah, dalam iman kepada Kristus kini kita memperoleh hak waris Kerajaan Sorga yaitu keselamatan dan hidup kekal. Selain itu kematian Kristus juga memulihkan hubungan dengan sesama. Semua tembok pembatas yang bernama kesukuan, bahasa, budaya, kebangsaan, status sosial, atau segala sesuatu yang serba eksklusif berhasil dirobohkan oleh kematian Kristus. Sehingga di dalam Kristus, kita disatukan sebagai keluarga umat Allah. Kini seluruh umat manusia melalui kematian Kristus tanpa kecuali telah diikat dalam kasih dan pengampunan Allah. Ibr. 10:19-20 berkata: “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat yang kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, dan kita mempunyai Imam Besar sebagai Kepala Rumah Allah”. Jadi sangatlah jelas bahwa kuasa dunia yang semula ingin mematahkan karya keselamatan Allah dengan cara menyalibkan Kristus justru diubah oleh Allah menjadi karya keselamatanNya yang sempurna. Sebab melalui darah Kristus, Allah telah membuka penutup tabir yang memisahkan diriNya dengan umat manusia, dan menyingkapkan penutup tabir yang semula memisahkan manusia dengan sesamanya.
Aplikasinya Bagi Orang Percaya
Dengan karya keselamatan Allah yang sempurna tersebut, maka seharusnya kita selaku umat yang telah ditebus bersedia menjadi kawan sekerjaNya. Melalui kehidupan sehari-hari seharusnya kita mampu menjembatani setiap konflik, permusuhan, dan berbagai perbedaan yang memisahkan manusia dengan sesamanya. Namun seringkali terjadi justru kehidupan kita menjadi tabir yang menutupi atau menghalangi komunikasi dan proses pendamaian. Di mana kita hadir, justru menjadi kehadiran yang semakin memperkuat sekat-sekat atau tembok-tembok yang memisahkan sesama yang semula hidup dengan rukun dan damai. Atau di mana kita berperan, justru kita menciptakan kekacauan yang semakin merusak relasi kasih atau menghancurkan syalom Allah. Jika demikian maka makna kehadiran dan peran kita tidak lagi secara riel mendukung karya keselamatan Allah. Sebaliknya kehadiran dan peran kita telah berubah menjadi musuh Allah sebab kita menghalangi karya keselamatan Allah yang mendamaikan dan mengampuni. Padahal dunia pada masa kini telah terhubungkan dengan teknologi komunikasi dan multi media yang begitu canggih. Kita sekarang dapat berkomunikasi dengan setiap orang seluas-luasnya tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu secara cepat, mudah dan murah. Tetapi nyatanya pada masa kini tembok-tembok pemisah masih begitu tebal dan sulit ditembus. Bahkan dengan teknologi komunikasi seperti internet dan telepon yang seharusnya dapat memperluas jaringan komunikasi antar manusia justru dipakai untuk menciptakan tembok-tembok eksklusivisme. Bukankah cukup banyak orang-orang di sekitar kita seperti anggota keluarga dan anggota jemaat yang merasa tersingkirkan atau teralienasi? Contoh yang konkret seperti fasilitas internet yang seharusnya dipakai menghubungkan setiap orang tanpa batas dan makin produktif justru dipakai untuk memperkuat sikap egoisme dan individualisme yang tenggelam dalam dunia maya.

Apakah Yesus Benar-benar Mati?

Apakah Yesus Benar-benar Mati?
Pengantar

Gagasan bahwa Yesus tidak pernah benar-benar mati muncul pada tulisan di abad ketujuh. Di situ dikatakan bahwa Yesus melarikan diri ke India. Bahkan sampai saat ini terdapat sebuah makam keramat yang dianggap makam Yesus di Srinagar, Kashmir.

Pada permulaan abad ke-19, Karl Bahrdt, Karl Venturini, dan yang lain-lainnya mencoba menjelaskan Kebangkitan dengan mengemukakan gagasan bahwa Yesus hanya pingsan karena kepayahan di atas kayu salib, atau Ia telah diberi obat yang membuatnya kelihatan mati, dan bahwa selanjutnya Ia dihidupkan kembali oleh udara kubur yang sejuk dan lembab. Mereka menjelaskan bahwa Yesus telah diberi suatu cairan di suatu bunga karang ketika tergantung di atas salib (Markus 15:36) dan bahwa Pilatus kelihatan terkejut akan betapa cepatnya Yesus mati (Markus 15:44).
Konsekuensinya, kata mereka, pemunculan Yesus kembali bukanlah suatu kebangkitan mukjizat, tetapi sekedar suatu kesadaran kembali yang kebetulan, dan kubur-Nya kosong karena Ia masih terus hidup.

Apa yang sebenarnya terjadi saat Penyaliban? Apa penyebab kematian Yesus? Adakah cara yang mungkin bagi-Nya untuk bertahan hidup dari siksaan ini? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang dapat dibantu diselesaikan dengan bukti medis.


Wawancara dengan Alexander Metherell, M.D., PH.D.

Metherell adalah seseorang dengan gelar medis dari University of Miami di Florida dan gelar doktor dalam bidang teknik dari University of Bristol di Inggris. Ia memperoleh sertifikat dalam diagnosis dari The American Board of Radiology dan menjadi konsultan bagi The National Heart, Lung, and Blood Institute of the National Institutes of Health of Bethesda, Maryland.

Metherell adalah mantan ilmuwan riset yang mengajar di The University of California, dan editor lima buku ilmiah dan telah membuat tulisan-tulisan yang diterbitkan mulai dari Aerospace Medicine sampai Scientific American. Analisis cerdasnya atas konstraksi muskular telah diterbitkan dalam The Physiologist dan Biophysics Journal. Ia berpenampilan sesuai dengan perannya sebagai seorang otoritas medis terkemuka.


Penyiksaan Sebelum Penyaliban

Dapatkah Anda melukiskan suatu gambaran tentang apa yang terjadi pada Yesus?

Itu dimulai setelah Perjamuan Terakhir. Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke Taman Getsemani. Di sana Ia berdoa semalam-malaman. Nah, selama proses itu Ia mengantisipasi datangnya peristiwa-peristiwa pada hari berikutnya. Karena Ia mengetahui beratnya penderitaan yang akan Ia pikul, sungguh wajar jika Ia mengalami tekanan psikologis yang sangat besar.

Dalam Lukas 22:44 menceritakan bahwa Ia mulai meneteskan keringat darah pada keadaan ini. Bukankah ini hanyalah imajinasi yang terlalu fiktif?

Tidak sama sekali. Ini adalah suatu kondisi medis yang dikenal dengan hematidrosis. Ini terjadi karena tekanan psikologis yang sangat tinggi. Kegelisahan yang hebat menyebabkan terlepasnya zat-zat kimia yang memecahkan kapiler-kapiler dalam kelenjar-kelenjar keringat. Akibatnya terjadi pendarahan dalam kelenjar-kelenjar ini, dan keringat yang keluar disertai dengan darah. Hal ini menyebabkan kulit menjadi amat sangat rapuh ketika Yesus dicambuk oleh serdadu Roma keesokan harinya, kulit-Nya menjadi amat sangat sensitif.

Pencambukan Roma dikenal sangat brutal, biasanya terdiri dari 39 cambukan, tetapi seringkali lebih banyak daripada itu, tergantung pada suasana hati Si Serdadu yang melaksanakan pukulan. Si Serdadu akan menggunakan cemeti dari kepangan tali kulit dengan bola-bola logam yang dijalin ke dalamnya. Ketika cemeti itu menghantam daging, bola-bola ini akan menyebabkan memar atau lebam yang dalam, yang akan pecah terbuka akibat pukulan selanjutnya. Dan cemeti itu juga memiliki potongan-potongan duri tajam, yang akan mengiris daging dengan hebat.

Punggung yang dipukul itu akan menjadi tercabik-cabik, sehingga sebagian dari tulang belakang kadangkala terlihat akibat irisan yang dalam, sangat dalam. Pencemetian itu akan ditimpakan ke segala arah: dari bahu turun ke punggung, pantat, dan bagian belakang kaki. Itu akan sangat mengerikan.

Selagi pencambukan berlanjut, luka koyakan akan tercabik sampai ke otot-otot kerangka di bawahnya dan menghasilkan goresan-goresan daging berdarah yang gemetar. Seorang sejarawan abad ketiga bernama Eusebius menggambarkan pencambukan dengan mengatakan, "Pembuluh-pembuluh si penderita terbuka telanjang, dan otot-otot, urat-urat, dan isi perut si korban terlihat".

Banyak orang akan mati dari pemukulan semacam ini, bahkan sebelum mereka disalibkan. Setidaknya, Si Korban akan mengalami kesakitan hebat dan keguncangan karena efek-efek kehilangan sejumlah besar darah (hipovolemik).

Ini mengakibatkan 4 hal:
1. Jantung berdetak cepat untuk mencoba memompa darah yang tidak ada di sana.
2. Tekanan darah turun, menyebabkan pingsan.
3. Ginjal berhenti menghasilkan urin untuk mempertahankan volume darah yang masih tinggal.
4. Orang itu menjadi sangat haus sewaktu tubuhnya sangat membutuhkan cairan untuk menggantikan volume darah yang hilang.

Apakah Anda melihat bukti ini dari catatan-catatan Injil?

Ya, sangat pasti. Yesus berada dalam keguncangan karena kehilangan sejumlah besar darah ketika Ia berjalan terhuyung-huyung ke lokasi hukuman mati di Kalvari, memikul batang kayu salib yang horizontal. Akhirnya Yesus tak sadarkan diri, dan serdadu Roma memerintahkan Simon untuk memikul salib-Nya. Selanjutnya kita membaca bahwa Yesus berkata, 'Aku haus', pada saat ketika sedikit cuka diberikan kepada-Nya.

Karena efek-efek mengerikan dari pemukulan ini, sudah pasti Yesus berada dalam kondisi kritis, bahkan sebelum paku-paku ditancapkan menembus kedua tangan dan kaki-Nya.


Penderitaan Salib

Apa yang terjadi ketika Ia tiba di lokasi Penyaliban?

Ia akan dibaringkan, kedua tangan-Nya akan dipakukan dalam posisi terentang ke batang kayu horizontal. Orang-orang Roma biasanya menggunakan paku besar yang panjangnya 5 sampai 7 inci dan meruncing ke suatu ujung yang tajam. Paku ini ditancapkan menembus pergelangan tangan. Ini adalah posisi kokoh yang akan mengunci posisi tangan.

Dan penting untuk dipahami bahwa paku itu akan menembus ke tempat di mana urat syaraf tengah berada. Ini adalah urat syaraf terbesar yang menuju ke tangan, dan itu akan diremukkan oleh paku yang diketokkan ke dalamnya.

Kesakitan apa yang akan ditimbulkannya?

Apakah Anda pernah merasakan rasa sakit ketika Anda membenturkan siku Anda dan memukul tulang ujung siku Anda? Itu sebenarnya urat syaraf lain, disebut urat syaraf ulna. Akan sangat menyakitkan bila tanpa sengaja Anda memukulnya. Yah, bayangkan mengambil sebuah tang dan memeras dan meremukkan urat syaraf itu. Efek itu akan mirip dengan apa yang Yesus alami. Kesakitannya sama sekali tak tertahankan, secara harafiah itu di luar kata-kata untuk menjelaskannya.

Pada keadaan seperti ini Yesus dinaikkan, selagi balok salib dipasangkan ke tiang vertikal, dan kemudian paku-paku ditancapkan menembus kedua kaki Yesus. Sekali lagi, urat syaraf di kedua kaki-Nya akan remuk, dan di sana akan terasa jenis kesakitan yang sama.


Penyebab Kematian

Penyaliban pada intinya adalah kematian perlahan yang diakibatkan oleh asfiksiasi (sesak nafas karena kekurangan oksigen dalam darah). Alasannya adalah bahwa tekanan-tekanan pada otot-otot dan diafragma membuat dada berada pada posisi menarik nafas, agar dapat menghembuskan nafas, orang itu harus mendorong kedua kakinya agar tekanan pada otot-otot dapat dihilangkan untuk sesaat. Ketika melakukan itu, paku akan merobek kaki, lalu akhirnya mengunci posisi terhadap tulang-tulang tumit kaki.

Setelah dapat menarik nafas, orang itu kemudian akan dapat relaks dan menarik nafas lagi. ekali lagi ia harus mendorong tubuhnya naik untuk menghembuskan nafas, menggesekkan punggungnya yang berdarah ke kayu salib yang kasar. Ini akan berlangsung terus dan terus sampai kepayahan, dan orang itu tidak akan mampu mengangkat diri dan bernafas lagi.

Ketika nafas orang itu semakin perlahan, ia mengalami apa yang disebut asidosis pernafasan, karbondioksida dalam darah larut sebagai asam karbonik, menyebabkan keasaman darah meningkat. Ini akhirnya mengakibatkan detak jantung yang tidak teratur. Dengan jantung-Nya yang berdetak tak menentu, Yesus berada dalam saat-saat kematian-Nya, yakni ketika Ia berkata, "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku". Kemudian Ia mati akibat berhentinya detak jantung.

Bahkan sebelum Ia mati, keguncangan karena kehilangan sejumlah besar darah akan menyebabkan jantung berdebar kencang terus-menerus, yang akan menyebabkan: kegagalan jantung serta terkumpulnya cairan dalam membran-membran di sekitar jantung dan juga sekitar paru-paru.

Mengapa hai ini penting?

Karena ketika serdadu Roma datang, dan hampir yakin bahwa Yesus telah mati, mereka menegaskannya dengan menusukkan sebuah tombak ke pinggang kanan-Nya. Tombak itu menembus paru-paru kanan dan ke jantung, jadi ketika tombak itu ditarik keluar, sejumlah cairan dalam membran-membran sekitar jantung dan juga sekitar paru-paru keluar. Ini akan terlihat sebagai cairan jernih, seperti air, diikuti dengan banyak darah, seperti yang dijelaskan saksi mata Yohanes dalam Injilnya (Yohanes 19:34).


Tulang-tulang-Nya Tidak Dipatahkan

Injil-injil berkata bahwa para serdadu mematahkan kaki kedua penjahat yang disalibkan Yesus. Mengapa mereka melakukan itu?

Mereka ingin mempercepat kematian, dan dengan datangnya hari Sabat dan Paskah, para pemimpin Yahudi tentunya ingin segera mengakhiri ini sebelum matahari tenggelam. Serdadu-serdadu Roma akan menggunakan gagang baja dari tombak Roma untuk menghancurkan tulang-tulang kaki bagian bawah Si Korban. Ini akan mencegahnya dari mengangkat diri dengan kakinya, sehingga dapat bernafas, dan kematian akibat sesak nafas kekurangan oksigen dalam darah akan terjadi dalam beberapa menit.

Perjanjian Baru menjelaskan kepada kita bahwa kaki-kaki Yesus tidak dipatahkah karena para serdadu telah menyatakan bahwa Ia telah mati, dan mereka hanya menggunakan tombak untuk memastikannya. Ini menggenapi Perjanjian Lama tentang Mesias, yaitu bahwa tulang-tulang-Nya tidak akan dipatahkan (Mazmur 34:21).

Para serdadu Roma adalah orang yang tidak ahli dalam hal pengobatan/medis, apakah pernyataan mereka tentang kematian Yesus dapat dipercaya?

Para serdadu Roma memang tidak pergi ke sekolah medis/pengobatan. Tetapi ingat, mereka adalah ahli dalam membunuh orang karena itu adalah tugas mereka, dan mereka melakukannya dengan baik. Mereka tahu tanpa keraguan sedikitpun kapan seseorang mati, dan itu tidak sulit untuk mengetahuinya.

Disamping itu, jika seorang tahanan berhasil melarikan diri, serdadu-serdadu yang bertanggung jawab itu sendiri akan dibunuh, jadi mereka memiliki dorongan besar untuk memastikan bahwa setiap korban telah mati ketika ia diturunkan dari salib.

Argumen Terakhir

Adakah cara apapun yang memungkinkan Yesus bisa bertahan hidup dari penderitaan salib ini?

Sama sekali tidak ada. Ingatlah bahwa Ia sudah berada dalam keguncangan akibat kehilangan banyak darah, bahkan sebelum penyaliban dimulai. Ia tidak mungkin mempura-purakan kematian-Nya, karena Anda tidak mungkin mempura-purakan ketidakmampuan bernafas untuk waktu yang lama. Disamping itu, tombak yang dihunjamkan ke jantungnya akan menetapkan kematian-Nya. Dan serdadu-serdadu Roma tidak akan mengambil resiko kematian sendiri dengan membiarkan-Nya pergi dalam keadaan hidup.

Jadi bila seseorang mengajukan gagasan kepada Anda bahwa Yesus sekedar pingsan di atas kayu salib, akan saya beritahu bahwa itu tidak mungkin. Itu adalah khayalan tanpa dasar.


Pertanyaan Bagi Hati

Yesus dengan sengaja melangkah ke dalam tangan-tangan lawan-Nya. Ia tidak menolak penangkapan. Ia tidak mempertahankan diri-Nya saat persidangan. Jelas bahwa Ia bersedia mengajukan diri-Nya untuk mengalami penyaliban, suatu bentuk penyiksaaan yang memalukan dan memilukan. Apa yang mungkin memotivasi seseorang untuk bersedia menanggung penghukuman semacam ini?

Yesus tahu apa yang akan terjadi, dan Ia bersedia melewati semuanya itu, karena itu merupakan satu-satunya cara Ia dapat menebus kita, dengan menjadi pengganti kita dan menanggung hukuman maut yang layak kita terima karena pemberontakan kita terhadap Tuhan. Itu merupakan misi-Nya yang sepenuhnya ketika Ia datang ke bumi.

Jadi bila Anda bertanya apa yang memotivasi Dia, jawabannya dapat diringkas dalam satu kata, yaitu KASIH.


Kesimpulan

Yesus tidak mungkin bertahan hidup dari siksaan salib, suatu bentuk kekejian yang begitu keji, sehingga orang-orang Roma membebaskan warga negara mereka sendiri dari itu, kecuali untuk kasus-kasus pengkhianatan besar.

Kesimpulan-kesimpulan Metherell konsisten dengan penemuan dokter-dokter lain yang dengan teliti mempelajari hal ini. Di antara mereka adalah Dr. William D. Edwards, yang artikelnya pada tahun 1986, dalam The Journal of the America Medical Association menyimpulkan, "Jelas, bobot bukti historis dan medis menunjukkan Yesus telah mati sebelum pinggangnya dilukai.... Sesuai dengan itu, penafsiran-penafsiran yang didasarkan pada asumsi bahwa Yesus tidak mati di atas salib bertentangan dengan pengetahuan medis modern".

Untuk direnungkan

Di hadapan Allah, Saudara adalah orang yang berdosa yang harus menghadap pengadilan Allah dan harus menerima hukuman kekal karena dosa-dosa yang Saudara lakukan. Saudara tidak bisa menyelamatkan diri Saudara sendiri.

Yesus telah menanggung hukuman dosa yang seharusnya Saudara terima. Ia telah menerima hukuman yang seharusnya Saudara tanggung. Jika Saudara menerima penggantian hukuman ini, Saudara bisa selamat dari hukuman Tuhan.

Maukah Saudara menerima penggantian hukuman ini?

Maukah Saudara menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan?


Sumber :
Lee Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Kristus, Penerbit Gospel Press, PO BOX 238, Batam Center, 29432. F: 021-74709281