Sabtu, 26 Juni 2010

Ketidakberdosaan Yesus

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pentingnya penelitian, hipotesis, ruang lingkup penelitian, metode dan prosedur penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang Masalah

Pribadi Yesus yang unik merupakan salah satu pengajaran Kristen yang sangat berharga bagi orang percaya. Pengajaran inilah yang membedakan iman Kristen dengan aliran-aliran kepercayaan lainnya, itulah sebabnya pengertian tentang Yesus seharusnya menjadi yang utama dan meyakinkan karena penyelewengan terhadap doktrin ini akan berdampak buruk pada seluruh teologi Kristen.
Firman Tuhan mengajarkan bahwa karena dosa, maka Allah rela menjadi manusia, berinkarnasi menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Persoalannya ini ialah apakah ketika Allah berinkarnasi menjadi manusia Dia berada dalam daging manusia yang telah jatuh ke dalam dosa? yakni kedagingan Kristus apakah juga tercemar oleh dosa Adam atau tidak? Apakah Dia memiliki keinginan atau berpotensi untuk berbuat dosa atau tidak? Persoalan ini sering dijawab dengan kelahiran Yesus dari seorang perawan. Cappenhausen berpendapat bahwa kelahiran Yesus dari seorang perawan tidak dapat dipisahkan dari keadaan-Nya yang tidak berdosa. Apabila Yesus memiliki ayah dan ibu dalam pengertian biologis, maka Dia pasti memiliki apa yang disumbangkan oleh kedua orangtua-Nya, tetapi pernyataan ini membawa kita pada dua pertanyaan besar. Pertama, Apakah sang ayah, bukan sang ibu yang merupakan sumber kerusakan moral, wanita tidak memiliki natur keberdosaan? Kedua, Kerusakan moral kita tidak diturunkan dari tabiat orangtua, melainkan dari hubungan seksual mereka yang menghasilkan keberdosaan kita? Dengan demikian, tampak dengan jelas bahwa doktrin ini seolah-olah bertentangan dengan doktrin universalitas dosa.
Dalam Roma 8:3, Paulus menyatakan bahwa Allah mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, dari ayat inilah muncul perbedaan penafsiran. C. E. B. Cranfield dalam komentarnya tentang Surat Roma, dia berpendapat, “Paulus menggunakan kalimat ‘dalam kesamaan dengan manusia yang penuh dosa’ dimana kata sarx hamartias Paulus artikan dengan jelas sebagai ‘daging yang penuh dosa yakni natur kejatuhan manusia.” Dengan demikian pernyataan ini menyiratkan bahwa ketika Yesus menjadi manusia, Dia berada dalam keberdosaan manusia. Disisi lain, para penafsir Alkitab memiliki perbedaan pendapat dalam menafsirkan ayat ini. James D. G. Dunn berpendapat, “There may be deliberate irony here the concrete for which the devine purpose took was sinful flesh.” Berbeda dengan Holts yang menyatakan bahwa frasa ini memiliki kaitan erat dengan Filipi 2:7 yang diambil alih oleh Paulus sebagai bagian dari suatu Christ-Hymn. Sehingga ayat ini tidak memberikan arti yang signifikan. Donald Gutrie, seorang teolog Injili mengakui bahwa ayat ini telah menimbulkan banyak diskusi, apakah dia (Paulus) bermaksud bahwa daging Yesus berbeda dengan daging orang-orang lain? Atau apakah ia bermaksud bahwa Yesus betul-betul mengambil bagian dalam daging manusia yang berdosa, termasuk tabiat manusia yang mementingkan diri sendiri?
Perbedaan-perbedaan cara pandang di atas menimbulkan beberapa pertanyaan seputar natur kemanusian Yesus. Apakah Allah sungguh-sungguh mengutus Anak-Nya dalam kesamaan dengan manusia berdosa? Apakah maksud anak kalimat “serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa”? Apa pentingnya doktrin ini bagi orang Kristen saat ini? Apa maknanya dalam kehidupan orang percaya? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang akan coba dijawab melalui skripsi ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam skripsi ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang Surat Roma dan konsep ketidakberdosaan Yesus menurut para teolog?
2. Bagaimana eksegesis Allah mengutus Anak-Nya dalam keadaan yang sama dengan manusia berdosa (Roma 8:3)?
3. Bagaimana refleksi teologisnya bagi orang percaya?


C. Tujuan Penulisan

Karya tulis ini memiliki tiga tujuan utama, antara lain:
1. Menjelaskan latar belakang Surat Roma dan konsep ketidakberdosaan Yesus
menurut para teolog.
2. Menjelaskan eksegesis Allah mengutus Anak-Nya dalam keadaan yang sama dengan manusia berdosa (Roma 8:3)?
3. Menjelaskan refleksi teologisnya bagi orang Kristen masa kini.

D. Pentingnya Penelitian

Penulisan skripsi penting supaya:
1. Memberikan kontribusi bagi perkembangan disiplin teologi di SETIA.
2. Memberikan kontribusi bagi gereja untuk dapat memahami ketidakberdosaan Yesus.
3. Memperlengkapi penulis dalam mempersiapkan diri untuk melayani Tuhan dalam ladang pelayanan khususnya dalam lingkup GKSI.

E. Hipotesis

Diduga frasa “έν όμοιώματι σαρκός άμαρτίας (en homiomati sarkos hamartias), menentukan arti “Allah mengutus Anak-Nya dalam keadaan yang sama dengan manusia berdosa”.

F. Ruang Lingkup Penelitian
Pembahasan mengenai eksegesis Allah mengutus Anak-Nya dalam keadaan yang sama dengan manusia berdosa (Roma 8:3), memiliki cakupan yang sempit. Oleh sebab itu, penulis akan menitikberatkan penulisan skripsi ini berdasarkan eksegesis surat Roma 8:3 karena dari ayat inilah muncul penafsiran yang menyatakan Yesus sebagai manusia berdosa dan penulis akan memaparkan refleksinya bagi orang percaya masa kini. Penulis tidak akan membahas secara panjang lebar pandangan-pandangan lain yang berbau dogmatis, serta pandangan para teolog kecuali yang berkaitan erat dengan tafsiran Roma.
G. Metode dan Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah riset literatur atau penelitian kepustakaan, yakni pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Prosedur penelitian data ini dilakukan dengan cara menganalisis data, yakni mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan jawaban hipotesis. Keseluruhan penelitian dalam skripsi ini akan dikerjakan sesuai dengan metode dan prosedur seperti yang disebutkan diatas.

H. Definisi Istilah
Skripsi ini berjudul “Allah Mengutus Anak-Nya dalam Keadaan yang Sama dengan Manusia Berdosa (Eksegesis Roma 8:3)”. Istilah Allah mengutus Anak-Nya dalam keadaan yang sama dengan manusia berdosa, dikutip dari Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari, terbitan Kalam Hidup. Secara harafiah, judul ini dapat dijelaskan dengan mudah, persoalannya judul ini merupakan kutipan dari sebuah kitab, maka dengan menjelaskan kata demi kata berarti penulis sedang menafsirkan. Dengan demikian penulis tidak akan menjelaskan judul ini secara lebih mendetail.





I. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan bab-bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan
BAB II Latar Belakang Surat Roma dan Konsep Ketidakberdosaan Yesus Menurut Para
Teolog
BAB III Eksegesis Allah mengutus Anak-Nya dalam keadaan yang sama dengan manusia berdosa (Roma 8:3)
BAB V Refleksi Teologis
BAB VI Kesimpulan